02 Nov 2019

Gubernur DIY: Sekaten adalah Wahana Berlangsungnya Dialog Peradaban

Yogyakarta (01/11/2019) – jogjaprov.go.id – Sejatinya, sekaten adalah wujud dinamika tradisi budaya Jawa yang religius dan diberi aksentuasi warna khas. Ciri sekaten tetap dilestarikan, bahkan digali dari akar tradisinya. Sedangkan wadah dan isinya, dalam tata ruang bentuk anjungan atraksi kegiatan ekspresi budaya dan penyelenggaraannya diharapkan tampil dalam sosok yang selalu baru sebagai ekspresi peradaban yang transformatif.

Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya saat Pembukaan Pameran Sekaten 2019 di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11) malam.

Lebih lanjut Sri Sultan berharap bahwa sekaten dapat menjadi wahana berlangsungnya dialog peradaban secara luas, merangsang inspirasi tumbuh mekarnya kreativitas masyarakat sehingga bukan hanya gebyarnya saja yang dituju, tetapi harus memiliki kedalaman makna spiritual, syarat pokok kultural, dan punya dampak manfaat sosial yang luas.

Sri Sultan menambahkan bahwa tradisi sekaten mengandung tiga dimensi harmoni yaitu kultural, religius, dan historis. Interaksi kultur dan religi memantapkan perpaduan seni dan dakwah dalam wujud estetika dan etika. Dari sisi historis, penyelenggaranya penuh dinamika yang membawa perubahan dan kemajuan. Ini salah satu yang membuat tradisi sekaten masih memiliki totalitas dan masih bisa bertahan sampai sekarang.

“Saya beharap, agar dalam mengangkat tradisi Sekaten sebagai ikon kota tetap menjaga mutu kebersamaan dalam proses revitalisasi dan aktualisasi budaya sekaten. Dalam mensyukuri budaya ini, tidak dipahami hanya sekedar sebagai upaya pelestarian budaya khas DIY saja, tetapi hendaknya berupaya agar terukir menjadi usaha yang bermafaat nyata bagi kehidupan sosial budaya bermasyarakat,” tutup Sultan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Pameran Sekaten 2019, GKR Hayu dalam sambutannya menyampaikan bahwa pada tahun ini kisah Pangeran Mangkubumi akan mendominasi ruang koleksi dan seni dalam rangka memeriahkan acara Garebeg Mulud. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjahit memori kolektif dari perjuangan Pangeran Mangkubumi setelah 20 dasawarsa silam. 

“Menarik sejarah panjang dari perjuangan Pangeran Mangkubumi, Kraton Yogyakarta mencoba membuka pemeran tematik pertama dengan tema “Sri Sultan Hamengku Buwono I : Menghadang Gelombang, Menantang Zaman”. Melalui pameran ini, secara spesifik masyarakat diajak untuk menafsirkan sejarah Pangeran Mangkubumi melalui beberapa karya budaya,” jelas GKR Hayu.

Dalam peresmian pembukaan pameran turut dihadiri oleh Penjabat Sekda DIY Ir. Arofa Noor Indriani M.Si, Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) Marsekal Muda TNI Nanang Santoso, Danrem 072/Pamungkas Brigjen (TNI) Muh. Zamroni, Kapolda DIY Irjen (Pol) Ahmad Dofiri, anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) DIY, serta tamu undangan lainnya.

Pada seremonial ini turut disajikan pementasan Beksan Guntur Segoro persembahan dari KHP Kridhomardowo. Selanjutnya Sultan beserta tamu undangan berkeliling melihat koleksi yang dipamerkan. Salah satu koleksi masterpiece yang dipamerkan adalah Kanjeng Kiai Tandhu Lawak, Titihan Dalem (kendaraan) Sri Sultan Hamengku Buwono I yang berbentuk tandu.

Adapun Pameran Sekaten ini sendiri akan berlangsung hingga Sabtu (9/11) dengan jam buka setiap harinya pukul 09.00-22.00. Tiket masuk sebesar Rp 5.000 dapat diperoleh di loket penjualan tiket yang berada di sebelah utara Bangsal Pagelaran.  Selain koleksi, Pameran Sekatenini juga terdiri dari berbagai pertunjukan seni, workshop, pelatihan seni, diskusi film, hingga lomba karawitan tingkat SD dan SMP di DIY. Jadwal dan rincian kegiatan pemeran dapat disimak dalam lini masa media sosial @kratonjogja. (ss/au)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: