12 Nov 2019
  Editor Berita,

Gubernur DIY Sampaikan Pesan Kebangsaan di Bukittinggi

Bukittinggi (12/11/2019) jogjaprov.go.id - Yogyakarta memiliki  benang merah sejarah dengan Kota Bukitinggi dalam perannya sebagai ibukota pemerintahan Republik Indonesia. Karenanya maka pesan yang sama dapat disuarakan secara bersama dengan tujuan yangserupa. Pesan tersebut adalah pesan kebangsaan dalam menjaga kesatuan NKRI.  

Pesan tersebut disampaikan secara langsung oleh Gubernur DIY, Hamengku Buwono X pada Selasa (12/11) siang dalam acara Semiloka Historis Bukittinggi di Istana Bung Hatta Bukittinggi. Sultan diundang menjadi keynote speaker pada acara tersebut didampingi oleh Beny Suharsono selaku Paniradya Pati Kaistimewan DIY dan Aris Eko Nugroho selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY.

Dalam paparannya, Sultan menyampaikan gagasan utamanya tentang jejak historis masa Pemerintah Darurat RI (PDRI). Dalam masa tersebut, masyarakat Indonesia dapat mangambil pelajaran yang penting tentang nilai demokrasi dan pentingnya kejujuran.

Dalam dinamika masa darurat tersebut terjadi dialog yang menarik selama pemilihan Mr. Sjarifudin sebagai ketua dan Mughammad Hasan sebagai Wakil Ketua PDRI, masing-masing merasa pihak lain lebih pantas menyandang predikat sebagai ketua.

Pada akhirnya Mr. Sjafrudin bersedia menjadi ketua hanya jika Hasan menjadi wakilnya. Pemilihan ini diakhiri dengan kesepakatan yang damai. Hal ini adalah gambaran nilai demokrasi yang sebenarnya, nilai demokrasi yang di dasari semangat musyawarah dan mufakat.

Lebih lanjut Sultan menyatakan bahwa seperti pernah disampaikan oleh Bung Karno, Yogyakarta akan tetap hidup karena jiwa keredekaannya. Poin ini pula yang menjadi dasar hubungan antara Yogyakatrta dan Kota Bukittinggi. Keduanya memiliki memori kolektif dan memori historis yang serupa. Sesungguhnya inilah makna terdalam dari kedua kota tersebut. Jiwa kemerdekaan yang hendaknya diterjemahkan menjadi semangat bersama lintas  etnis.

Sementara itu dalam sambutan Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias menyampaikan sekilas tentang masa atau Pemerintah Darurat Republik Indonesia sepanjang tahun 1948 hingga 1949. Peristiwa yang ditandai dengan perpindahan ibukota Republik Indonesia dari Yogyakarta ke Bukittinggi tersebut, merupakan tonggak sejarah penting. Narasi sejarah ini harus disampaikan dan diwariskan kepada anak cucu bangsa.

Semiloka ini merupakan rangkaian acara Pemerintah Kota Buittinggi melalui Dinas Perpustakaan Kota dan Kearsipan Bukittinggi yang dimaksudkan untuk memperkuat ikatan historis terutama pada generasi muda penerus bangsa.

Dalam acara semiloka yang diadakan oleh Pemkot Bukittinggi tersebut dihadiri pula oleh Wakil Walikota Bukittinggi Irwandi, para akademisi dan penggiat sejarah di Kota Bukittinggi. Acara ditutup dengan rangkaian diskusi tentang peran historis Bukittinggi di masa lalu dan prospek pembangunan di masa depan. (mr)

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: