19 Nov 2019

Kedepankan Konsep Marketing Berbasis Budaya Jawa

Sleman (18/11/2019) jogjaprov.go.id – Dalam dunia marketing, dapat diterapkan pula konsep ajaran budaya Jawa. Tuna Satak, Bathi Sanak adalah salah satu konsep Jawa yang bisa diaplikasikan di dunia marketing. Konsep tersebut secara garis besar berarti meskipun rugi sedikit (tuna satak), tetapi akan menambah pelanggan (bathi sanak). Kerugian itu bisa dikonversikan untuk mengikat pelanggan setia. Sasarannya bukan lagi market-share, atau mind-share melainkan menukik ke heart-share, merasuk ke jantung hati konsumen atau pendeknya, berdagang dengan hati.

Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Perekonomian dan Pembagunan Sekda DIY, Drs. Tri Saktiyana, MM., saat membacakan sambutan Gubernur DIY pada acara Dialog Budaya dan Gelar Seni Yogya Semesta, Senin (18/11) di Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Hotel. Adapun gelar budaya yang bertema “Transformasi Budaya Lokal, Basis Gagasan Konsep Marketing” yang dilaksanakan malam itu bekerjasama dengan MarkPlus Inc, bertepatan dengan hari lahir pendirinya, Hermawan Kartajaya, pendiri MarkPlus Inc.

Lebih lanjut, Tri Saktiyana menuturkan bahwa beberapa ajaran dalam serat Jawa juga memiliki makna yang dapat diterapkan dalam dunia bisnis. “Seperti contohnya Serat Sasongkojati, dalam sikap ini orang Jawa akan mengganti pandangannya dalam 3 unsur yakni distansi, konsentrasi, dan representasi. Bahwa manusia harus mengambil jarak dengan dunia luar untuk tetap berkonsentrasi terhadap dirinya sendiri. Jangan berharap pekerjaan besar datang menghampiri, itu akan jarang kau temui. Yang sering kau temui adalah pekerjaan kecil. Bukankah semua yang besar dimulai dari yang kecil, dan semua langkah yang panjang dimulai dari langkah pertama?” tambahnya.

Pelajaran atau piwulang Budaya Jawa lain yang dapat dijadikan referensi dalam berbisnis misalnya diambil dari Serat Wedhatama “ngelmu iku kalakone kanthi laku”. Konsep ini mengajarkan kehati-hatian dan menyiratkan bahwa efektivitas teori marketing adalah praktik di lapangan. Tidaklah beralasan apabila nilai-nilai Jawa akan menghambat efektivitas manajemen. Jika dijabarkan, konsep ini mengajak untuk bersikap gemi nastiti, ngati-ati. Sikap hemat dan nilai waton kelakon, diejawantahkan sebagai sararan yang haruslah “tepat”, biaya yang “hemat”, waktu yang “singkat”, dan risiko yang “selamat”.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai sebuah perwujudan rasa syukur akan bertambahnya usia pendiri MarkPlus Inc. Acara kemudian dilanjutkan ke acara inti yakni dialog budaya. Adapun narasumber yang hadir pada malam hari tersebut antara lain Pengelingsir Puri Agung Ubud Bali, Tjokorda Gde Putra Sukawati, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta Prof. DR. Suminto A. Sayuti, Pengasuh Acara Jogja Semesta Hari Dendi, dan Hermawan Kartajaya. Pada kegiatan tersebut juga disajikan suguhan tari dari komuitas Dingklik Sinden yang memukau para hadirin. [vin]

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: