04 Des 2019
  Editor Berita,

Saemaul Undong Inisiasi G2R Tetrapreneur dalam Inovasi Co-Prosperity

Saemaul Globalization Foundation (SGF) Korea kembali mengundang Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur pada Saemaul International Forum 2019 yang ke-12 yang diadakan tanggal 12 November di Gyeongju-si, Gyeongsangbuk-do, Republik Korea. Acara Saemaul International Forum 2019 dibuka oleh LEE Shi-Chul (Presiden Korean Association of Government Studies – KAGOS) dan dilanjutkan oleh CHANG Dong-Hee (Presiden SGF). Acara selanjutnya adalah sambutan yang diberikan oleh LEE Cheol-Woo (Gubernur Gyeongbuk), dan dilanjutkan dengan ucapan terimakasih oleh ANG Gyeong-sik (Ketua Dewan Provinsi Gyeongsangbuk-do) dan JOO Nak-young (Walikota Gyeongju). Hadir sebagai keynote speaker dalam Saemaul International Forum 2019 adalah BAN Ki-moon (Secretary-General of the United Nation 2007 – 2016).

Sesi pertama Saemaul International Forum 2019 adalah paparan dari para narasumber sesuai dengan tema Saemaul International Forum 2019 yaitu “How Better Together? Recollection and Prospects for Co-Prosperity through International Development Cooperation”. Bertindak sebagai pembahas dalam sesi ini yaitu KIM Surk-Tae (Kyungpook Natl. Univ.), KIM Heung Hoi (Dongguk Univ.), BAEK Sook hee (KOICA, Dutabesar untuk Sri Lanka). Pada sesi pertama ini ada empat (4) narasumber antara lain SO Jin Kwang (Presiden Saemaul Undong Center terdahulu), dilanjutkan oleh Dr. Abdoul Wahab Barry (International Fund for Agricultural Development – IFAD), kemudian oleh Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., konseptor dan Tenaga Ahli Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dan peneliti Pusat Studi TriSakti (PSTS) Fakultas Filsafat UGM, dan ditutup oleh Dinh Hong Linh (Thai Nguyen Univ.).

BAN Ki-moon menyampaikan bahwa kesederhanaan dalam berbuat terkadang memberikan dampak substansi yang bermanfaat, sepanjang hal tersebut merupakan kebutuhan dan keinginan suatu komunitas masyarakat tertentu. Sebagai contoh salah satu program yang pernah diinisiasi oleh beliau, yaitu ‘Program 1.000 bola untuk anak-anak Afrika.’ Program tersebut terinspirasi ketika beliau berkunjung ke Afrika dan mendapati bahwa anak-anak di Afrika bermain bola yang terbuat dari kardus. Program tersebut memberikan dampak signifikan untuk ‘childern joyfullness’ yang merupakan ‘hak senang anak’, sehingga diharapkan anak-anak di Afrika dapat lebih ceria.

BAN Ki-moon juga menyampaikan bahwa salah satu semangat dasar dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang dicanangkan oleh United Nation (UN) adalah semangat Saemaul Undong. Paparan selanjutnya adalah Dr. Abdoul Wahab Barry. Dr. Abdoul Wahab Barry menekankan bahwa basis dari pembangunan dan pengentasan kemiskinan adalah mental. Keteguhan mental untuk berubah menjadi lebih baik. Mental berprestasi dan bukan sebagai yang dikasihani. IFAD tentunya menjadi bagian dari proses pembentukan penguatan mental tersebut. Salah satunya adalah dalam pengimplementasian dana dari IFAD. Funding (pembiayaan) yang berasal dari IFAD sangatlah besar, namun IFAD menghadapi krisis dalam pengimplementasiannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan metode-metode pengimplementasian dalam pengentasan kemiskinan, yang selama ini menjadi salah satu tujuan IFAD di negara-negara tujuan IFAD itu sendiri.

Paparan selanjutnya adalah Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. yang menambahkan apa yang telah disampaikan oleh Dr. Abdoul Wahab Barry, bahwa selain mental juga diperlukan perubahan dan penguatan ‘mindset’ atau akal. Perbedaan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah akal. “Akal yang ‘memanusiakan manusia’ dengan kemampuan pembeda ‘benar dan salah’. Binatang mempunyai intuisi survival untuk membedakan musuh, makanan, lingkungan, dan lainnya. Tumbuhan mempunyai intuisi gerakan untuk mendekati sumber matahari dan nutrisi untuk tumbuh. Sementara, manusia bukan hanya memiliki intuisi, namun juga pertimbangan ‘akal.’ Pembeda yang lebih dari sekedar ‘mentality’ yaitu ‘mindset’,” ungkap  Rika Fatimah P.L. Dalam kesempatan tersebut, Rika Fatimah P.L. mengungkapkan bahwa gotong royong sebagai the forgotten asset dan Saemaul Undong sebagai awakening the asset dalam gerakan bersama ekonomi Indonesia, karena gotong royong merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang telah ada sejak dulu hingga sekarang. Oleh karena itu, Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur bukan sekedar membina mental namun juga membangun mindset dalam menjalankan ‘business as usual,’ tetapi ‘beyond the business’ yaitu proses bisnis gotong royong untuk menjadi ikonik global. Sesuai tagline filosofi G2R Tetrapreneur yaitu ‘Global Wirausahanya, Gotong Royong Desanya.’

Rika Fatimah P.L., juga menegaskan perlunya kolaborasi global meskipun G2R Tetrapreneur telah sedemikian berkembang melalui kepemimpinan visioner Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) DIY dengan 2 (dua) Desa ditahun 2018 oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM), dilanjutkan dengan 7 (tujuh) Desa di tahun 2019, hingga 16 (enam belas) desa ditahun 2020 oleh lintas kedinasan yaitu Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop) DIY dan Biro Bina Pemberdayaan Masyarakat (Bermas) Setda DIY. Ditambah inisiasi G2R Tetrapreneur bersama Kementrian Pedesaan, Pembangunan Daerah tertinggal Republik Indonesia (Kemendesa RI) dibawah program Smart Village untuk 100 desa di Indonesia. Namun faktanya, masih terdapat ±83.000 desa lainnya di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, dalam paparannya hasil risetnya bersama tim PSTS UGM di tahun 2019, Rika Fatimah P.L., menyampaikan rekomendasi pengembangan kerjasama Saemaul Undong di Indonesia hendaknya bukan saja menyasar Chainpreneur (Tetra 1) dan Qualitypreneur (Tetra 3), namun juga Marketpreneur (Tetra 2) dan Brandpreneur (Tetra 4). Hal tersebut dapat dikolaborasikan dengan Sekretariat G2R Tetrapreneur sebagai lembaga baru yang dibentuk oleh Pemda DIY sebagai salah satu pusat rujukan gotong royong stakeholder dunia untuk desa-desa di Indonesia.

Paparan diakhiri dengan memperkenalkan delapan (8) future collaboration yaitu (1) G2R Tetrapreneur 4.0 Traceability System Funding & MarketHand Held Mobile Apps.; (2) Gedung Kelembagaan G2R Tetrapreneur; (3) G2R Tetrapreneur Truck: Vehicling The Spirit; (4) Akses Pasar melalui “Etalase Kemitraan dan Indonesian Embassy di berbagai negara”; (5) Pengadaan fasilitas 3R (Rumah Produksi, Rumah Kemasan, dan Rumah Bisnis); (6) Peningkatan Kapasitas Manajerial Unit G2R Tetrapreneur Desa; (7) G2R Tetrapreneur Apps.; dan (8) G2R Tetrapreneur Village Smart School. Selain hasil riset berjudul ‘Pengukuran Village Movement Index (VMI) Saemaul Undong dengan Menggunakan Quality Scorecard Deployment (QSD)’,

Selain itu, menurut Kepala PSTS UGM, Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D of Arts, PSTS UGM telah menyelesaikan program penelitian lainnya di tahun 2019 dengan tema pengukuran dampak model Saemaul Undong dalam pemberdayaan masyarakat di desa-desa binaan Yayasan Global Saemaul Indonesia (SGF). Desa-desa tersebut antara lain: 1) Ponjong, Gunung Kidul; 2) Bleberan, Gunung Kidul; 3) Sumber Mulyo, Bantul; dan 4) Tanjungwangi, Jawa Barat. Selain itu diseminasi hasil penelitian rencananya akan diselenggarakan seminar pada 18-19 Desember 2019 di UGM.

Pada forum ini pula, Rika Fatimah P.L., berkesempatan untuk diwawancarai oleh PARK Jong-moon dari Youngnam (Daily Newspaper) Ilbo. Dalam sesi wawancara tersebut PARK Jong-moon menyoroti temuan baru Village Movement Index dan G2R Tetrapreneur sebagai salah satu model dan indeks pengukuran best practice dalam mewujudkan kesejahteraan bersama (co-prosperity) yang harmoni antara negara-negara dunia.

Selain itu, pada sesi ‘wrap up’ ditutup salah satunya dengan inisiasi Saemaul Undong yang akan mengadopsi model-model terbaik yang telah dipaparkan dari berbagai negara. Salah satunya adalah G2R Tetrapreneur yang diharapkan dapat menjadi baseline/rujukan pengembangan inovasi Saemaul Undong untuk mewujudkan co-prosperity dunia. Pada kesempatan ini pula, diserahkan buku profil G2R Tetrapreneur kepada BAN Ki-moon (Secretary-General of the United Nation 2007 – 2016), Dr. Abdoul Wahab Barry (International Fund for Agricultural Development – IFAD), dan Saemaul Globalization Foundation.

 

Bagaimana kualitas berita ini: