25 Okt 2012
  Humas Berita,

Atlit dan Pelatih Berprestasi Dapat Penghargaan

Atlit dan Pelatih Berprestasi Dapat Penghargaan

 

KEPATIHAN YOGYAKARTA (24/10/2012) pemda-diy.go.id Atlit dan pelatih berprestasi Kontingen DIY yang berhasil meraih medali dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII dan Pekan Paralympic Nasional (Perpanas) XIV tahun 2012, di Riau, beberapa waktu lalu, dapat penghargaan dan bonus dari Pemerintah DIY. Penghargaan dan bonus diserahkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Rabu (23/10).

Penghargaan dan bonus pada PON XVIII diberikan kepada atlit dan pelatih peraih 10 medali emas, 12 perak dan 16 perunggu, yang diperoleh dari 17 cabang olahraga yaitu Aero Modelling, Balap Sepeda, Bilyar, Catur, Karate, Panjat Tebing, Renang, Tenis Lapangan, Terjun Payung, Tae Kwondo, Panahan, Wushu, Terbang Layang, Gantole dan Volly Pasir Putra. Sedangkan untuk atlit dan pelatih Perpanas penghargaan dan bonus diberikan kepada 35 orang.

Besaran bonus peraih medali emas pada PON sebesar Rp. 100 juta, perak Rp. 50 juta dan perunggu Rp. 25 juta. Raihan medali tersebut tidak bisa mewujudkan target 10 besar. DIY tahun ini hanya bisa menempati peringkat 14, turun satu tingkat dari PON tahun lalu, kata Ketua Umum KONI DIY GBPH. Prabukusumo.

Sultan dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah DIY hanya bisa memfasilitasi, mendorong harapan dan membangun komunikasi dengan para atlit. Demikian pula dengan para pengurus KONI dan para pelatih, sudah secara maksimal melakukan pembinaan, memfasilitasi maupun mempunyai harapan-harapan.

Penguasaan aspek teknis yang dipahami oleh pelatih terhadap teknik-teknik yang ada dimasing-masing cabang olahraga, lanjutnya, sangat berpengaruh terhadap seorang atlit saat bertanding, disamping faktor non teknis. Faktor non teknis bagi seorang atlit sangat berpengaruh ketika berlaga, berjuang dan meraih prestasi memenangkan pertandingan maupun merebut kejuaraan.

Pembinaan mudah dilakukan, tetapi merebut kejuaraan berarti berbicara masalah prestasi, itu tidak mudah. Sebab beban non teknis sangat berpengaruh. Maka ketika bertanding harus dihindari dan mengurangi beban-beban non teknis yang dihadapi para atlit.

Contoh, pada saat atlit mau bertanding, di rumah ada persoalan dengan saudaranya sendiri, saya yakin anda bertanding dalam suasana yang tidak baik untuk memenangkan pertandingan. Anda sedang berlatih, di SMS disuruh pulang, otomatis karena di rumah ada persoalan, saya yakin goncangan psikologis untuk berlatih dengan serius juga terganggu, ujar Sultan. (rsd)

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: