05 Okt 2021

Brongkos Jogja

Meskipun tak sepopuler gudeg, tapi dari segi cita rasa, brongkos juga tidak kalah enaknya. Sementara dari sisi kebudayaan, hidangan ini sejak 2017 sudah tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai Warisan Seni Budaya Takbenda. Serta, sama seperti gudeg, tertulis di beberapa kali di Serat Centhini.

Meskipun sama-sama menggunakan keluwak (Pangium edule) sebagai salah satu bumbunya, tapi yang jadi pembeda utama antara rawon dengan brongkos adalah adanya protein nabati lain seperti tahu, kulit biji melinjo, dan kacang tolo alias kacang tunggak (Vigna unguiculata). Bahkan di masa lalu brongkos yang mulai dijual di Jogjakarta di tahun 1950-an ini, terkadang tidak terdapat protein hewani di dalamnya, yang ada malah buncis.

Kalaupun di dalamnya ada protein hewani, biasanya berupa daging 'koyor' atau 'tetelan'. Tak heran jika kemudian sebagian masyarakat memasukkan brongkos ini ke dalam kategori sayur seperti dalam istilah 'jangan brongkos'.

Hal lain yang terlihat sangat membedakan brongkos dengan rawon adalah adanya tambahan santan saat mengolahnya, yang membuat warna kuah brongkos sedikit lebih terang dengan rasa relatif lebih gurih.

Sudah pernah mencicipi brongkos?

Bagaimana kualitas berita ini: