07 Jun 2018
  Humas Berita,

Bulan Pancasila, dari Kita Untuk Kita

Yogyakarta (06/06/2018) jogjaprov.go.id- Upaya membumikan Pancasila yang merupakan ideologi bangsa terus dilakukan, termasuk oleh organisasi-organisasi yang ada di DIY.  Menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, PP Kagama, IKA UII dan Kwarda DIY, akan dilaksanakan Bulan Pancasila pada rentang waktu 1 Juni sampai dengan 25 Agustus 2018.

Berkaitan dengan kegiatan tersebut, bertempat di Gedhong Pracimasana, Kepatihan, Rabu (06/06), dilaksanakan konferensi pers menghadirkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang antara lain didampingi Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono MEng, Ahmad Syafi'i Maarif, Prof Edy Suandi Hamid dan perwakilan Astra.

Pada kesempatan itu Gubernur mengatakan bahwa sebagai bagian dari Republik Indonesia, maka Yogyakarta wajib mendukung program membudayakan Pancasila.

“Saya berpikir sederhana saja. Pancasila itu salah satu identitas bangsa, selain UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan Jogja yang memutuskan menjadi bagian dari republik ini, artinya masyarakat Jogja hatinya tidak boleh mendua. Sudah semestinya kita semua bisa menerima identitas bangsa itu menjadi identitas masyarakat Jogja,” papar Gubernur DIY.

Menurut Gubernur, kegiatan Bulan Pancasila yang bertajuk ‘'Kita Pancasila’' harus dikemas ‘'dari kita untuk kita''.  Bukan hanya untuk pejabat saja, atau masyarakat saja. Bulan Pancasila bisa menjadi ajang berdialog, bersilaturahmi, dan berbagi rasa dalam upaya bagaimana membumikan Pancasila.

“Pancasila bisa menjadi kekuatan kita untuk hidup dalam bangsa ini. Karenanya, jika berbicara, jangan hanya dengan pikiran kita, tapi berdasarkan nurani, rasa. Pikiran bisa bohong, tapi rasa kita tidak akan pernah bisa bohong. Kejujuran ini yang penting bagi kita untuk membangun rasa kebangsaan,” imbuh Gubernur.

Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Ahmad Syafi'i Maarif kembali mengingatkan pentingnya upaya membumikan sila kelima Pancasila yang diterjemahkan pada pasal 33 UUD 1945. Menurutnya, sila terakhir Pancasila tersebut diibaratkan belum ‘'turun-turun ke bumi’'.

“Padahal, tindakan radikalisme itu bisa dihalau dengan betul-betul melaksanakan sila kelima dan pasal 33 itu. Karena itu, negara harus serius melaksanakannya,” imbuhnya.

Rektor UGM Prof Panut Mulyono menambahkan, pada era perkembangan yang luar biasa ini, membumikan Pancasila harus disesuaikan dengan zaman milenial. Cara praktis pun harus dilakukan bukan dengan banyak teori. Nilai-nilai luhur Pancasila harus dipahami masyarakat, bukan dari cerita, tapi dari perbuatan nyata di tengah masyarakat.

“Kami di perguruan tinggi juga terus meningkatkan upaya bagaimana mengenalkan nilai luhur Pancasila bagi mahasiswa sejak mereka masuk. Kami didik mereka agar nilai-nilai Pancasila bisa dilihat secara langsng dalam proses kegiatan di kampus,” ungkapnya.

Panut menambahkan UGM berencana memperkenalkan Pancasila dalam Kongres Pancasila yang telah menjadi agenda tahunan UGM. Pada Kongres Pancasila tahun ini, Pancasila akan diperkenalkan sebagai ideologi yang bisa dimanfaatkan dunia untuk perdamaian.

Mantan Rektor UII Prof. Edy Suandi Hamid menegaskan, seluruh pihak harus berupaya menangkal masuknya paham lain selain Pancasila. Implementasi nilai Pancasila harus dilakukan di berbagai bidang, dan tidak hanya jadi kegiatan para elit.

“Kita harapkan membumikan Pancasila tidak hanya dilakukan kalangan tertentu saja. Harus jadi gerakan masyarakat di seluruh lapisan. Implementasinya harus disesuaikan dengan peradaban terkini, utamanya bagi generasi yang tumbuh dalam era sekarang ini,” imbuhnya.

Berbagai kegiatan telah direncanakan untuk memeriahkan Bulan Pancasila. Di antaranya, bersih-bersih Masjid Pathok Negoro, sarasehan Pancasila, dhahar kembul bersama Gubernur DIY, Malam Puncak Anugerah Kita Pancasila, dan berbagai lomba yang bisa diikuti masyarakat umum. (Rt)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: