23 Feb 2021

Cuaca Ekstrim Diprediksi Akan Melanda DIY

Yogyakarta (23/02/2021) jogjaprov.go.id – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menerima audiensi dari Kepala BMKG Pusat, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. beserta para pejabat BMKG, Selasa (23/02) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.  Audiensi dimaksudkan untuk menyampaikan perkembangan hasil mitigasi bencana.

Ditemui usai melakukan pertemuan, Dwikorita menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dikoordinasikan lebih lanjut terutama untuk meningkatkan mitigasi bencana, yaitu gempa bumi, tsunami, dan monitoring cuaca.

Cuaca ekstrim menurut Dwikorita diprediksi akan melanda daerah pesisir pantai selatan. Cuaca ekstrim yang akan melanda diprediksi terjadi selama 5 hari yaitu pada 24 - 28 Februari 2021 di wilayah pesisir pantai selatan. Cuaca ekstrim berupa angin kencang tersebut disebabkan oleh adanya sirkulasi siklonik.

Menurut Dwikorita, sirkulasi siklonik ini berasal dari utara Australia yang terus bergerak sampai dengan saat ini dan telah mencapai daerah selatan Nusa Tenggara Barat. Sirkulasi sklonik ini akan terus bergerak, dan diprediksi pada tanggal 25 Februari besok akan mencapai daerah selatan DIY, tepatnya pada selatan Gunungkidul.

“Efek dari sirkulasi ini berdampak pada wilayah pesisir terutama, mengakibatkan gelombang tinggi juga angin kencang dan curah hujan yang tinggi terutama di wilayah pesisir. Dan angin kencang ini juga bisa masuk sampai ke Jalan Deandels,” jelas Dwikorita.

Namun, Dwikorita menegaskan, sirkulasi ini bukanlah badai siklon. Menurutnya sirkulasi ini semacam bibit tidak berkembang yang tidak mengakibatkan badai siklon. Akan tetapi bisa mengakibatkan peningkatan curah hujan dan angin kencang serta gelombang tinggi. “Mulai tanggal 24 sudah mulai diwaspadai segera untuk disampaikan peringatan dini. Untuk nelayan perlu hati-hati,” papar Dwikorita.

Dwikorita juga menjelaskan bahwa selama ini BMKG telah melakukan mitigasi tsunami di bandara YIA. Saat ini mitigasi tengah beroperasi. Dibawah Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta, Ikhsan, S.T., M.si. dan Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, S.Si, M.Kom., BMKG telah melakukan analisis kajian.

Kajian yang dilakukan oleh BMKG menghasilkan harapan positif dengan keberadaan YIA yang letaknya di pesisir pantai mampu mengurangi resiko terjadinya tsunami. Bilamana gempa terjadi dengan kekuatan 8,8 SR dan tsunami sampai 26 meter masuk kearah bandara sampai dengan jalan nasional dan melewati Jalan Deandels untuk rendamannya, YIA mampu menahan tsunami menjadi 9meter saja. Dalam hal ini bandara menjadi tanggul penghalang. Dengan adanya kajian tersebut memberikan pelajaran bagi BMKG. Keberadaan YIA bisa mengurangi resiko tsunami di pantai selatan.

Selain melaporkan hal tersebut, Dwikorita beserta jajaran juga melaporkan rencana BMKG untuk melanjutkan Sekolah Lapang Iklim (SLI)  pada tahun 2021. Sekolah ini telah berjalan sejak tahun 2020 dan merupakan salah satu bentuk layanan BMKG untuk mendukung sektor pertanian.

Nantinya, bersama petani, BMKG melakukan penanaman dengan memperhatikan cuaca dan iklim, kemudian memilih bibit-bibit yang tepat dengan cuaca dan iklim. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya gagal panen. “Jadi meski ada anomali iklim, ada cuaca ekstrim tetap bisa melakukan panen,” jelas Dwikorita.

BMKG saat ini masih berupaya menentukan wilayah mana yang cocok untuk melaksanakan Sekolah Lapang Iklim. Ada beberapa wilayah dengan beberapa pertimbangan, antara lain untuk mendukung peningkatan produktivitas komoditas pangan meskipun ada gangguan cuaca atau iklim.

Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Hendro Nugroho, S.T., M.Si. menambahkan, BMKG akan terus meningkatkan kerjasama dengan BPBD. “Kedepan akan ditingkatkan kerjasama antara BMKG dengan BPBD dalam hal bencana gempa bumi, tsunami dan meteorologi. Langkah itu akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan Kepala BPBD dengan konsultasi dengan BMKG,” kata Hendro. (Fk)

HUMAS DIY.

Bagaimana kualitas berita ini: