24 Nov 2018

Dakoningratan, Lestarikan Dolanan Tradisional Anak

Yogyakarta (24/11/2018) jogjaprov.go.id – Festival Dolanan Tradisional Anak Nusantara hadir di tengah anak-anak masa kini untuk melestarikan  permainan tradisional yang kian hari telah memudar. Sekitar 1.000 anak bermain dakoningratan (dakon ning ratan, bermain dakon di jalanan), Sabtu (24/11).

Seusai dengan namanya, dakoningratan digelar di sepanjang Jalan Kapas Yogyakarta. Para orangtua sejak pagi mulai memadati Jalan Kapas dengan menggandeng sang buah hati untuk ikut serta dalam festival ini.

Dakoningratan diinisiasi oleh TK Negeri 2 Yogyakarta untuk mengembalikan minat permainan tradisional kepada anak-anak. Festival ini sekaligus menjadi satu rangkaian HUT TK Negeri 2 Negeri Yogyakarta dan memperingati Hari Anak Tahun 2018.

Menurut Miftahudin selaku Ketua Panitia, era digital saat ini telah memberikan pengaruh dalam kebudayaan di Indonesia. Perubahan itu ada pada memudarnya pemahaman mengenai kebudayaan di tengah anak-anak masa kini yang sebagian besar sudah mengenal gawai.

“Dengan latar belakang itu, alhamdulillah mendapat respon positif dari PAUD-TK di Yogyakarta. Sekitar 500 anak tidak hanya dari TKN 2 Yogyakarta bisa terkumpul di sini bersama-sama bermain dakon. Semoga semakin siang, bisa bertambah hingga seribu anak,” ucapnya.

Hadir menyampaikan sambutan, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Purwadi menekankan Festival Tradisional Anak ini mampu mengajarkan pemahaman filosofi kepada anak. Seperti kebersamaan, bermain dengan rasa, kejujuran dan bersosialisasi.

“Saya kira nilai-nilai seperti itu yang harus diajarkan kepada anak-anak, sehingga penting para orangtua dan guru mengajarkan nilai-nilai tersebut,” jelasnya.

Wakil Walikota Yogyakarta menambahkan, permainan tradisional bisa menjadi ruang bersama antara orangtua dan anak. Perhatian orangtua kala bermain bersama pun bisa mentransfer nilai-nilai kebersamaan di keluarga dan lingkungan.

“Denagn demikian tidak ada lagi anak sendirian di dalam kamar karena permainannya,” imbuh Wakil Walikota.

Sementara itu sebelum membuka festival, GKBRAy Paku Alam X menyampaikan, kegiatan ini merupakan upaya menghidupkan kembali dolanan tradisional anak yang sudah tergeser teknologi. Untuk itu, diharapkan para orangtua turut serta bertanggung jawab mendidik aspek kognitif, emosi, sosial, motorik, dan karakter.

“Jika anak-anak dibiarkan begitu saja bermain gawai akan sangat berbahaya. Secara lambat laun dapat telah turut mendukung anak menjadi pribadi yang egois dan mematikan empati,” tutur GKBRAy Paku Alam X.

Aryo, salah satu orang tua, mengaku turut mendukung kegiatan ini karena permainan dakon saat ini sudah mulai dilupakan. Aryo selalu mengajarkan kepada anaknya untuk tidak bermain curang dan harus bersabar.

“Ke depan, saya setuju jika diadakan secara  rutin. Tidak masalah jika tempatnya harus berpindah-pindah,” kata Aryo.

Lauri salah satu siswi SD Sukonandi Kelas IV juga merasa senang mengikuti dakoningratan. Ia mengatakan perlu ikut serta karena ingin melestarikan mainan tradisional. (Rk)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: