21 Sep 2022

DIY, Pesona Lautan Ilmu Bagi Bupati Bantul

Yogyakarta (21/09/2022) jogjaprov.go.id – Bagi Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, DIY adalah sebuah entitas budaya, bukan hanya daerah yang kaya akan objek wisata. Banyaknya pusat pendidikan membuat informasi dan penemuan-penemuan tentang teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus-menerus ada, menarik Halim lebih dalam ke dalam pesona DIY.

“Saya memilih Jogja itu karena Jogja sebagai center of excellent-nya Indonesia. Di Jogja ini kita bisa dengan mudah mencari ilmu pengetahuan mencari informasi yang bermanfaat, karena Jogja sebagai Kota Pelajar,” tutur Halim pada Selasa (23/08) di Kantor Bupati Bantul, JL. Rudolf Wolter Monginsidi, Bantul.

Abdul Halim Muslih yang menduduki kursi Bantul 1 ini memandang DIY dengan begitu luas. Berawal dari kesan dan ketertarikan pada DIY yang menurutnya memiliki segudang SDM yang cerdas, Abdul Halim muda memantapkan langkah untuk juga turut mengenyam manisnya ilmu yang terhampar di DIY. Banyaknya pusat pendidikan  membuat informasi dan penemuan-penemuan tentang teknologi tentang ilmu pengetahuan itu terus-menerus ada. Menurut Bupati Halim, suasana hidup seperti ini adalah impiannya, DIY adalah rumah ternyaman yang bisa ditinggali.

“Saya sangat senang, sangat bahagia tinggal di Jogja karena Jogja ini punya banyak kelebihan, banyak keunggulan sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan kemudian sistem sosial masyarakatnya itu baik, baik dalam arti-arti tidak ada konflik antar masyarakatnya,” ungkap Bupati Halim kala mendeskripsikan mengapa dirinya begitu mencintai DIY.

Bupati Halim lahir di Rembang, sekolah dari TK, SD, kemudian MTS dan Madrasah Aliyah juga di Rembang. Pernah mengenyam pendidikan di Kuwait, Halim memutuskan hijrah ke DIY. Tahun 1992  Halim mengikuti UMPTN, ujian masuk perguruan tinggi pada Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Diterima di UGM tidak membuat Halim berpuas diri, dirinya juga mendaftar di UIN Yogyakarta yang saat itu bernama IAIN Sunan Kalijaga dan berhasil diterima juga.

“Sejak kecil saya memang bercita-cita ingin berkuliah di UGM. Jadi sejak kecil waktu itu daerah saya ya tempat kelahiran saya, Rembang, itu kakak-kakak saya juga kuliahnya di Jogja. Saya terkesan gitu kakak-kakak saya itu orangnya pintar-pintar. Kemudian ya anak kecil lalu mengambil kesimpulan, oh gara-gara kuliah di Jogja ya ini jadi pintar-pintar begitu. Akhirnya saya termotivasi,” tutur Halim.

Selain mengenyam pendidikan, Halim juga aktif di beberapa organisasi kepemudaan di antaranya adalah gerakan Pemuda Ansor. Dari situlah perlahan Halim yang mengaku tidak pernah bercita-cita menjadi bupati ini mengaku dirinya hanya ingin mengabdi dan berbuat lebih untuk daerah yang telah membuatnya jatuh cinta ini. Perjalanan hidup yang panjang ini telah membawa santri jebolan Ponpes Al Mahalli, Bantul ini menduduki kursi tertinggi di Bantul.

Tahun 1997, Halim memantapkan hati melamar Emi Masruroh, wanita asal Imogiri, Bantul. Dari situlah, tekad Halim untuk menetap di DIY semakin kuat.  Apalagi di mata Halim DIY terus berkembang pesat sebagai pusat pendidikan, pusat pariwisata dan pusat kebudayaan. Perkembangan tidak hanya pada sisi pembangunan fisik, namun juga pembangunan non fisiknya itu. Terbukti ada seni tradisi itu masih lestari hingga saat ini

Ditetapkannya DIY sebagai daerah istimewa bagi Halim adalah semangat yang besar untuk membangun kembali kebudayaan-kebudayaan adiluhung. Tradisi-tradisi yang baik menjadi salah satu keunggulan masyarakat Yogyakarta. Salah satunya adalah pembentukan karakter. Ajaran Greget Nyawiji, Golong Gilig, Sengguh Ora Mingkuh, Mangasah Mingising Budi Memasuh malaning Bumi, Hamemayu Hayuning Bawono dan lain sebagainya adalah bukti.

“Dulu dan sekarang saya kira DIY secara umum dari sisi budaya tidak berubah ya. Kalau pembangunan fisik sarana prasarana dan fasilitas tentu berubah, berubah lebih baik, lebih sempurna,” kata Halim.

Lebih lanjut mengenai sisi selatan DIY yang akan dijadikan sebagai teras atau pintu gerbang, Halim mengaku siap. Berkomitmen untuk membuat teras rumah DIY menjadi menarik, menjadi bagus, menjadi indah ini dimulai Halim  dengan program Bantul Bersama Bersih Sampah tahun 2025. “Kita mentargetkan di tahun 2025 itu Kabupaten Bantul menjadi kabupaten yang bersih, tanpa sampah berserakan di mana-mana dan sampah itu selesai di desa sehingga tidak dibuang di sungai,” jelas Halim.

Selain itu, Bantul memiliki panjang pantai kita sekitar 12 km. Panjang pantai Bantul ini nanti akan ditata, dibuat sebuah master plan menjadi kawasan ekonomi khusus pariwisata di selatan itu. Pariwisata berbasis budaya maritim. Adanya kegiatan penangkapan ikan di sana, maka ini kan harus ditata karena Bantul merupakan teras depannya DIY dan tentu yang tidak kalah pentingnya adalah tetap memperkuat budaya. Pun dengan pertanian. Lahan pertanian yang tidak terlalu luas hanya 14000 hektar yang harus tetap abadi sehingga ini butuh koordinasi butuh pencegahan, jangan sampai terjadi alih fungsi secara besar-besaran.

Tidak bisa dielakkan, pemerataan pembangunan di DIY adalah satu hal yang semakin membuat Halim begitu mencintai DIY. Dari Bantul, Sang Bupati menegaskan, “Yogyakarta memuliakan siapa saja.” (uk)

Humas Pemda DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: