18 Okt 2021

Garebeg Maulud

Garebeg Maulud merupakan kebudayaan khas Yogyakarta yang mengakar sejak zaman kerajaan Demak saat para Walisongo menyebarkan agama islam di pulau jawa. Garebeg Maulud diprakarsai Sunan kalijaga dengan mengadakan pengajian akbar di halaman masjid Demak. Garebeg Maulud juga digagas oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan yang sama seperti Walisongo, yakni menyebarkan agama Islam.

Garebeg sendiri berasal dari kata gemebreg yang berarti ribut atau riuh. Merupakan ungkapan suasana saat garebeg berlangsung yang ribut atau riuh untuk memperebutkan gunungan yang akan dibagikan ke masyarakat. Garebeg juga bermakna “Miyos” yaitu keluarnya sultan untuk memberikan gunungan yang dibuat dari hasil bumi kepada rakyatnya.

Masyarakat Yogyakarta ataupun sekitarnya akan ramai memperebutkan gunungan karena kepercayaan masyarakat akan memperoleh keberkahan, kemakmuran dan ketenangan jika mendapatkan hasil bumi dari gunungan saat Garebeg Maulud.
Gunungan merupakan simbol kemakmuran mewakili keberadaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Representasi dari hasil bumi (sayur dan buah) serta jajanan (rengginan). Ada beberapa macam gunungan, dan setiap gunungan mempunyai ciri tersendiri. Beberapa jenis gunungan meliputi: 1) Gunungan Jaler (Pria), 2) Gunungan Estri (Perempuan), 3) Gunungan Darat, 4) Gunungan Gepak, 5) Gunungan Pawuhan, dan 6) Gunungan Picisan.

Bagaimana kualitas berita ini: