10 Mar 2023
  Humas DIY Agenda Kegiatan, Jogja,

Gayeng, Ketoprak Nara Praja Kota Yogyakarta Sukses Usung Isu Sampah

Yogyakarta (09/03/2023) jogjaprov.go.id - Gayeng dan ger-geran, ketika sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dan para seniman beradu akting dalam satu panggung pagelaran Ketoprak Nara Praja. Aksi ciamik dari para Nara Praja Kota Yogyakarta ini tidak hanya sukses memukau dan menghibur penonton, namun sekaligus mampu mengangkat isu sampah dengan mengkampanyekan gerakan zero sampah anorganik yang dikemas sangat apik dalam lakon “Slangkrah : Memasuh Malaning Bumi’’ di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta , Kamis (09/03/2023) malam.

Dalam pementasannya, ketoprak yang disutradarai Altiyanto Henryawan ini diikuti pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Kepala OPD di lingkungan Pemkot Yogyakarta. Seperti Penjabat Walikota Yogyakarta, Sumadi sebagai Begawan Abiyasa, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Danang Rudyatmoko sebagai Resi Durna dan Komandan Kodim 0734 Letkol ARH Burhan Fajari Arfian sebagai Gatotkaca.
Selanjutnya Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Saiful Anwar sebagai Werkudara dan Kepala Kejaksaan Negeri Kota Yogyakarta, Saptana Setya Budi sebagai Patih Udawa. Tak hanya pimpinan Forkopimda Kota Yogyakarta saja, ketoprak ini juga diikuti para pejabat di lingkup Pemkot Yogyakarta, seperti Sekda Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya sebagai Prabu Kresna dan lainnya.

Pj. Walikota Yogyakarta Sumadi menyampaikan ketoprak Nara Praja ini jika ditilik dari maknanya, ‘Slangkrah’ dari kata harfiah yaitu sampah, sisa pembuangan yang membuat saluran air terganggu sehingga fungsinya tidak berjalan dengan baik. Makna filosofisnya bisa berarti fungsi-fungsi di masyarakat yang tidak produktif karena terhambat atau terganggu suatu masalah. Sedangkan, ‘Memasuh Malaning Bumi’ dimaknai membasuh malapetaka yang terjadi di bumi atau dengan adanya permasalah yang terjadi di masyarakat perlu pemurnian, pembersihan ataupun penyucian kembali dengan segala yang harus diperjuangkan.

“ Untuk menuju kondisi ideal yang kita harapkan, menyangkut keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta yakni Hamemayu Hayuning Bawana,” ujarnya.
Sumadi menuturkan Ketoprak Nara Praja ini bercerita mengenai bencana pagebluk di Kerajaan Amarta di masa pemerintahan Prabu Puntadewa yang mengakibatkan banyaknya warga meninggal. Adanya wabah penyakit dan bakteri yang merebak terjadinya ledakan sampah. Kisah ini relevan dengan yang saat ini dihadapi oleh masyarakat di Kota Yogyakarta, dimana potensi sampah tidak terkelola dengan baik apabila tidak dilaksanakan dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik akan menyebabkan ledakan sampah yang berasal dari timbunan akibat masyarakat tidak melakukan pengelolaan sampah dengan baik.

Melalui penyelenggaraan ketoprak ini, dengan pendekatan sosial budaya, Sumadi mengharapkan masyarakat dapat tergugah dan tergerak melakukan pengolahan sampah mandiri di rumah tangga, di lingkungan tempat tinggal, sekolah, tempat ibadah tenpat kerja, tempat usaha dan sebagainya. Mulai dengan melakukan pemilihan sampah bekerjasama dengan bank sampah untuk mendaur ulang kembali dan memakai kembali materi organik yang masih bisa dipakai atau bernillai ekonomi.
“Sejalan dengan hal itu, saya menghimbau mari kita sukseskan Gerakan Zero Sampah Anorganik yang saat ini sedang dicanangkan dan digalakkan seluruh Kota Yogyakarta dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, lapisan dan elemen masyarakat. Pemkot Yogyakarta bersama korporasi, kampung, kampus, komunitIas atau pentahelix dengan gerakan ini diharapkan dapat menekan angka produksi sampah rumah tangga di TPST Piyungan,” terangnya.

Pementasan ketoprak ini, ditekankan Sumadi menjadi wujud komitmen bersama dalam membina, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya yang sudah dimiliki sejak zaman nenek moyang. “Kita tunjukan bahwa seni budaya Kota Yogyakarta senatiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan modernisasi dan zaman yang serba dinamis. Saya harap ini bisa menjadi mortivasi besar sebagai sarana menumbuhkan. semangat terus berkarya dalam membudayakan masyarakat di seni budaya,” lanjutnya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti menyebut selain menjadi media pelestarian budaya, pementasan ketoprak ini menjadi wahana mengedukasi masyarakat berkaitan dengan isu sampah yang menjadi isu terkini di Kota Yogyakarta. Melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik yang dilakukan Pemkot Yogyakarta diharapkan mampu menekan angka produksi sampah rumah tangga dan harus dilakukan secara besar-besaran. Termasuk melalui kegiatan seni budaya yakni ketoprak yang mendapat dukungan penuh dari Dana Keistimewan (Danais).
“Pagelaran ini juga menjadi komitmen Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta dalam mewujudkan upaya pembinaan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Kota Yogyakarta.,” katanya.

Para pelawak kondang mendukung sajian ini diantaranya Susilo Nugroho atau Den Baguse Ngarso, Dalijo Angkring dan Rio Srundeng. Naskah ditulis Indra Tranggono, musik digarap Boedhi Pramono, penata tari, Anter Asmorotejo, penata artistik Beni ‘Emprit’ Susilo W. Penata cahaya oleh Lintang Raditya, Visualiser (3D designer) Warisdyo Bayu N dan Pimpinan Produksi MK Suryatmojo.
Berdurasi dua jam, Ketoprak Nara Praja ini mengisahkan Negeri Amarta yang dilanda bakteri dan penyakit akibat ledakan sampah, banyak orang mati layaknya pagebluk. Raja Amarta, Prabu Puntadewa cemas, sedih dan prihatin, namun ia tampak ragu mengambil keputusan. Karena itu, sang ibu Kunti dan sang istri Drupadi mendorong Puntadewa cepat bertindak.

Prabu Kresna dan Begawan Abiyasa melihat sisi politik dalam kasus ini, ditenggarai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja bikin onar ingin menenggelamkan Amarta dengan sampah. Langkah-langkah strategis pun di tempuh Nara Praja Amarta dari soal mengelola sampah sampai kerja intelejen mencari aktor intelektual di balik ontran-ontran sampah. Siapakah dalang keonaran ini dan apa motif tindakannya ? Saksikan dalam Ketoprak Nara Praja yang juga bisa ditonton di saluran Youtube Pemkot Yogyakarta, Humas Jogja dan JITV Pemda DIY. (Fn/Im/Dv)

HUMAS Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: