20 Jun 2013
  Humas Berita,

Gelar Budaya di Buka Gubernur DIY

 

 

 

Gubernur : Secara pragmatis kita ini telah kehilangan kemampuan merenung, tak mau dalam kesunyian, untuk kontemplasi demi mendapatkan nilai hakiki atau kebenaran sejati

 

 

YOGYAKARTA (19/06/2013) portal.jogjaprov.go.id - Seni tidaklah hanya di seputar gerak, tari panggung, lukis atau musik saja. Melainkan terdapat aspek-aspek pengelolaan, organisasi, teknologi, program, anggaran dan yang lain-lain yang terikat dengan jagat seni.

 

Demikian sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat, membuka Gelar Budaya yang dilaksanakan di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta, Rabu Malam (19/06)

 

Diungkapkan oleh Gubernur DIY, sebagai Raja Kraton Yogyakarta bahwa, trend zaman sekarang adalah tebar pesona fisik yang bersifat lipstick, tetapi melupakan substansi, nilai-nilai intrisik dan hakiki. Menyukai gebyar yang prepesan, hiburan dunia ketawa, dan melupakan renungan, meditasi yang semarak dengan pegelaran sigrak, spekatkuler, pol lucunya, banyak pelawaknya, yang semua serba wah dan hal itu tidak akan ditemukan dalam kolaborasi pergelaran adat tradisi dan seni kraton Yogyakarta maupun Pura Pakualaman.

 

Namun, jika kita mau sedikit mendalami, akan kita temukan ajaran kearifan yang tersirat dalam pedoman buku joget mataraman, sawiji, greget,sengguh ora mingkuh karena didalam buku tersebut ada penghayatan total peran seni dengan penerapannya secara profesional.

 

Ditambahkan Gubernur DIY secara pragmatis kita ini telah kehilangan kemampuan merenung, tak mau dalam kesunyian, untuk kontemplasi demi mendapatkan nilai hakiki atau kebenaran sejati. Karena kita sudah terjebak dalam kehidupan kesehariannya, yang serakah dan mau menang sendiri, tandasnya

 

Musuh sejati kita adalah nafsu angkara dalam diri priadi kita. Dalam pentas politik kita tidak mendengar sebuah suluk ki dalang, karena semua terjebak dalam greget sut. Yaitu perang pernyataan, tetapi tidak menyentuh subtansi maknanya. Kita terjebak dalam Pro Kontra, tetapi lupa urgensi agenda nasional yang lebih penting seperti pemberantasan korupsi, penyelenggaraan demokrasi yang sehat, peradilan yang memenuhi rasa keadilan masyarakat. Inilah yang menjadi harapan bangsa kita namun terlupakan.

 

Harapan Gubernur DIY, marilah sekali-kali kita menonton seni tari klasik, membaca makna pesan tembang lambang minangka wulan yang menjadi symbol laku dalam liku-liku. Agar kita tidak tertawa saja setelah menonton pertujukan namun kita merenungkan dan menghayati seni tari yang tampil dan baru saja kita tonton tadi.

 

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyelenggarakan Gelar Budaya diharapkan berkreasi, serta terinspirasi dari kehidupan masyarakat kita kesehariannya. (skm)

 

 

HUMAS DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: