22 Jan 2013
  Humas Berita,

Grebeg Maulud Tahun Wawu 1946/2013 M Dilaksanakan Kamis (24/01)

Dari 7 Gunungan, 1 Diantaranya Akan Diperebutkan Abdi Dalem Kaprajan Di Kepatihan

 

KEPATIHAN YOGYAKARTA (22/01/2013) portal.jogjaprov.go.id Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ditandai dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud Tahun Wawu 1946/2013 H pada tanggal 12 Maulud atau Kamis (24/01) lusa, setelah dua perangkat gamelan pusaka Kraton dibawa masuk kembali ke dalam Kraton atau Kondur Gangsa.

 

Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sering disebut perayaan Sekaten, juga ditandai dengan berakhirnya agenda rutin tradisi Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, yaitu Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) selama sebulan penuh, di Alun Alun Lor Yogyakarta. Peristiwa budaya perayaan Sekaten itu sendiri sebenarnya baru dimulai pada tanggal 5 Maulud atau hari Kamis (17/01), yang ditandai dengan prosesi Miyos Gangsa yaitu keluarnya dua perangkat gamelan pusaka milik Kraton yang bernama Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Naga Wilaga.

 

Tepat pukul 24.00 WIB, gamelan Sekaten tersebut diarak dari Bangsal Pancaniti ke Masjid Gedhe untuk kemudian ditabuh selama tujuh hari hingga tanggal 11 Maulud atau hari Kamis (17/01) mendatang, dilanjutkan prosesi upacara nyebar udik-udik dan peringatan Maulud Nabi. Setelah upacara peringatan selesai, tepat pukul 24.00 WIB semua perangkat gamelan Sekaten diboyong dibawa masuk kembali ke Kraton (Kondur Gangsa), terang Kepala Bagian Humas, Biro Umum, Humas dan Protokol, Setda DIY, Sarjuni, SH, di kantor Humas, Kepatihan Yogyakarta, Selasa (22/01).


Sebagai puncak acara perayaan Sekaten maupun PMPS lanjutnya, ditandai dengan keluarnya sejumlah gunungan dari Kraton menuju Masjid Gede yang disebut sebagai Gerebeg Maulud pada tanggal 12 Maulud (24 Januari 2013). Gunungan yang dibuat dari bahan makanan tersebut berjumlah 7 buah, terdiri dari 3 gununggan kakung, 1 gunungan putri, 1 gunungan gepak, 1 gunungan pawuhan, dan 1 gunungan darat, menggambarkan sedekah raja kepada rakyatnya dan menyimbolkan kesejahteraan.


Keluarnya ke-7 gunungan imbuh Sarjuni, akan dikawal 12 bregodo, yakni 10 bregodo prajurit Lombok Abang dari Karaton Yogyakarta dan 2 bregodo prajurit Plangkir dari Kadipaten Pakualaman. Khusus gunungan kakung, akan diperebutkan masyarakat sekitar Masjid Gedhe, masyarakat dan abdi dalem sekitar Kadipaten Pakualaman, serta masyarakat dan abdi dalem kaprajan di Kepatihan, masing-masing 1 gunungan.


Untuk gunungan kakung yang akan diperebutkan masyarakat dan abdi dalem kaprajan, prosesi perjalanan dari Masjid Gedhe menuju Kepatihan akan dikawal dan dipandu oleh bregodo prajurit Bugis. Dan prosesi penyerahan gunungan di Masjid Gedhe, Kadipaten Pakualaman, maupun di Kepatihan akan dilakukan oleh abdi dalem Sipat Bupati (KRT) ingkang didawuhaken saking Tepas Duworopuro Karaton, tambah Sarjuni.

 

Kamis pagi, sekitar pukul 08.00, lanjutnya, upacara dimulai dengan parade kesatuan prajurit Kraton yang mengenakan pakaian kebesarannya masing-masing, di Alun Alun Lor. Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di Masjid diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan. Bagian-bagian dari gunungan ini umumnya dianggap akan memperkuat tekad dan memiliki daya tuah terutama bagi kaum petani. Dengan memperkuat doanya, lahan sawah milik mereka akan menjadi subur dan terhindar dari berbagai hama perusak tanaman.

 

Khusus di Kepatihan, penyambutan gunungan berbeda dengan tahun sebelumnya. Kali ini kedatangan gunungan akan disambut pentas tari tradisional Angguk dari Kabupaten Kulonprogo, di pintu gerbang utama Kompleks Kepatihan dan pentas kesenian bernuansa Islami di Bangsal Kepatihan.

 

Sementara untuk memeriahkan peristiwa budaya tersebut, pada hari Kamis (24/01) mendatang, semua karyawan karyawati Pemda DIY yang instansinya di Kepatihan tidak libur dan diharapkan hadir pada acara tersebut.

 

Bagi pejabat eselon II dan III dimohon hadir dan memakai pakaian adat jawa (surjan red), pungkas Sarjuni. (rsd)

 

HUMAS

Bagaimana kualitas berita ini: