26 Jun 2018
  Humas Berita,

Gubernur Minta Sleman Jaga Ekosistem Merapi

Sleman (26/06) jogjaprov.go.id – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta warga Sleman untuk tetap menjaga ekosistem alam di kawasan Gunung Merapi. Hal tersebut dikarenakan adanya penambangan pasir yang saat ini sudah masuk dalam area kawasan yang semakin ke atas wilayah Merapi.

“Karena pasir dampak letusan Merapi tahun 2010 sudah semakin habis, sehingga pasir yang diambil semakin ke atas. Saya harap, warga boleh mengambil untuk lava Merapi tahun 2010 saja dan tanahnya jangan digerus. Kalau digerus terus-menerus, akan jadi cekungan-cekungan semakin dangkal. Saat aktivitas Merapi nanti berjalan, maka lava ke bawah dengan kecepatan tinggi. Kan tidak mau kalau lava sampai kota,” kata Gubernur pada Syawalan di Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa (26/06).

Sri Sultan merasa wajib mengingatkan warga bahwa Merapi saat ini tidak ada kawasan reboisasi. Tidak adanya reboisasi akan mengakibatkan menyurutkan sumber mata air sehingga tidak akan ada yang menjadi perintang saat lava turun.

“Jadi kita  juga kehilangan sumber mata air, di samping tidak ada reboisasi. Hal-hal seperti ini mestinya harus diwaspadai oleh warga lereng Merapi sebelah timur. Lingkungan di sekitar Merapi harus tetap kita jaga,” lanjut Sri Sultan yang didampingi GKR Hemas dan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X. 

Dalam kesempatan ini Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo M.Si. menyampaikan laporannya bahwa status Merapi dinaikkan dari level normal ke waspada menyusul terjadinya 12 letusan freatik pada rentang 11 Mei – 1 Juni 2018. Pemkab Sleman menurut Sri Purnomo telah melakukan langkah-langkah tanggap bencana dan sosialisasi kepada warga dan sekolah di lereng Merapi terkait langkah kesiapsiagaan.

“Tercatat hingga saat ini ada 40 desa ditetapkan Desa Tanggap Bencana dan 52 Sekolah Siaga Bencana. Kami juga bekerjasama dengan BPPTKG untuk terus melakukan pemantauan,” ucapnya. 

Berdasarkan riwayat letusan Merapi sebelumnya, letusan freatik menjadi indikasi aktivitas kegunungapian seperti pembentukan kubah lava yang mungkin akan diikuti letusan ekslusif atau lelehan magma. Risiko yang mungkin ditimbulkan adalah luapan material pasir dan kerikil di area 3 km dari puncak Merapi.

“Kondisi itu harus disikapi dengan bijak. Masyarakat Sleman tidak perlu panik. Lengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti masker, jaket, kacamata,” imbuhnya.

Syawalan juga dihadiri Sekda DIY Ir. Gatot Saptadi, jajaran pejabat Pemda DIY, jajaran Forkompimda Sleman, dan segenap OPD Pemerintah Kabupaten Sleman. (Rk)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: