13 Jun 2013
  Humas Berita,

Gubernur DIY Hadiri Perayaan Peh Cun di Pantai Parangtritis Baru

 

 

 

Bantul (12/06/2013) portal.jogjaprov.go.id Saya menaruh harapan besar atas keterlibatan Jogja Chines Art and Culture Centre sebagai penyelenggara Perayaan Peh Cun Tahun 2013 ini karena 2 hal, pertama melihat komposisi kepengurusannya yang multi kultural menggambarkan semangat Bhineka Tunggal Ika, ke dua, karena lembaga ini bergerak di bidang Art and Culture seni dan budaya.

 

 

Demikian sambutan Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X, dalam Perayaan Hari Raya Peh Cun tahun 2013, yang diselenggarakan di Pantai Parangtritis Baru, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Rabu sore (12/06).

 

 

Lebih lanjut Sultan mengatakan Akulturasi budaya dalam bidang seni itupun belum cukup kalau tidak disertai oleh integrasi sosial supaya membuka sekat-sekat sosial budaya dan dinding pemisah dalam bidang ekonomi,

 

 

Kita dapat mengingat asal muasal, dan memetik hikmahnya, mengapa perayaan Peh Cun harus dirayakan oleh masyarakat Tionghoa, konon ketika pasca hari Imlek masyarakat Tionghoa melakukan bersih kubur yang dijawa dikenal dengan nyadran, maka setelah itu tanggal 5 bulan ke-5 mereka merayakan Peh Cun yang juga disebut Festival Perahu Naga.

 

 

Disebut Peh Cun karena Peh adalah dayung dan Cun berarti perahu, yang arti lengkapnya mendayung perahu, karena itu ada akar sejarahnya bahwa perayaan Peh Cun kali ini juga diramaikan dengan lomba dayung perahu naga.

 

 

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa lomba itu untuk mengenang seorang Negarawan, seorang Filsuf dan Sastrawan, yang menenggelamkan diri kesungai di Yunan, yang secara tidak benar difitnah oleh seorang Pangeran Kerajaan Zhu.

 

 

Ilustrasi itu menggambarkan Tokoh Negarawan itu sebagi protes terhadap Pemerintahan yang korup, dan mengharapkan pemerintahan yang bersih dan baik, atau sekarang diistilahkan dengan Clean Government dan Good Government.

 

 

Hendaknya dengan peringatan ini kita dapat meneladani sifat-sifat Kenegarawanan dan kejujuranya, artinya masyarakat Tionghoa hendaknya bersikap dan bertindak anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN, contohnya dengan menjalankan bisnis yang sehat dan bersih, harap Sultan.

 

 

Selain lomba Perahu Naga juga diselenggarakan Festival Barongsay, konon barongsay yang berbentuk singa dianggap mempunyai kekuatan mengusir setan, kontek itu bisa saja merupakan tindakan menjauhkan dari tindak penyelewengan, bahkan sebaliknya harus dapat untuk mengusir kemiskinan, dengan menempatkan dunia bisnis yang digelutinya agar diusahakan ada titik temunya dengan aspek sosial kemasyarakatan, tandasnya.

 

 

Sementara Hj. Sri Surya Widati, Bupati Bantul dalam sambutannya, mengatakan Kolaborasi Budaya antara kesenian China dengan kesenian Jawa, percampuran dua kesenian ini merupakan fenomena yang unik, percampuran ini merupakan tradisi sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Tentu bukan hanya dari segi budayanya saja, tetapi juga nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya, inilah potret keharmonisan dan kemesraan budaya Tionghoa dengan kebudayaan asli Indonesia.

 

 

Pengakuan budaya Tionghoa sebagai bagian budaya nasional sudah semestinya dilakukan, karena interaksi keduanya sudah berlangsung cukup lama, yang menghasilkan kebiasaan baru keduanya, dan ini akan semakin memperkaya budaya Indonesia.

 

 

Lebih lanjut Surya Widati mengajak bangkit bersama-sama menjaga identitas ke Bhinekaan dan integritas Bangsa dengan kekuatan kekayaan budaya, hal ini merupakan bagian penting dari integritas ke Indonesiaan kita, dari Yogyakarta, yang memiliki sebutan miniatur Indonesia, bahkan disebut City of Toleran dengan beraneka ragam didalamnya, mari kita junjung ke Bhinekaan dan ke Majemukan bangsa baik dari segi Ideologi, Agama, Suku bahkan pilihan politik, kegiatan ini diharapkan menjadi awal perbaikan bangsa dengan berbasis ke Bhinekaan yang sangat plural, dan mensinergikan segenap kekuatan Bangsa Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik, pintanya.

 

 

Dalam laporanya Ketua Panitia Pelaksana Perayaan Peh Cun Tahun 2013, Muwardi Gunawan menjelaskan, terselenggaranya acara ini atas dukungan 13 Paguyuban Masyarakat Tionghoa Yogyakarta.

 

 

Perayaan Peh Cun terbagi dalam 2 kegiatan, satu yang telah dilaksanakan adalah Festival Perahu Naga, yang diselenggarakan pada hari Minggu 9 Juni 2013, di Bendung Tegal, Canden, Bantul, diikuti 17 Tim Persatuan Dayung Indonesia (Podsi) dari DIY, Purworejo, Kebumen, Cilacap, Ngawi dan Blitar, dengan total hadiah, Rp 25,5 juta .

 

 

Kegiatan yang ke-2 adalah Ritual Peh Cun dan Festival Barongsay, diikuti 10 kelompok peserta, dari Yogyakarta maupun luar Yogya, memperebutkan Piala Raja secara bergilir, dengan total hadiah Rp 28 juta.

 

 

Hadir dalam perayaan ini, Bupati Bantul Hj.Sri Surya Widati, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir, SH.M.Hum, Perwakilan DPRD DIY, Perwakilan DPRD Kabupaten Bantul, Forkompimda Kabupaten Bantul, perwakilan Pejabat Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Masyarakat Tionghoa Yogyakarta dan sekitarnya. (ip)

 

 

 

 

 

HUMAS DIY.

 

Bagaimana kualitas berita ini: