22 Agt 2013
  Humas Berita,

Gubernur DIY Membuka Kongres dan Koferensi International Wayang Tahun 2013

 

 

YOGYAKARTA (22/08/2013) portal.jogjaprov.go.id - Tidak sekedar menghadirkan suatu tontonan saja, namun juga tuntunan, melalui cerita yang penuh filosofi dan ajaran luhur yang tercermin dari watak dan karakter tokoh-tokoh wayang yang mencerminkan kepribadian kita. Karena Wayang mempunyai pengertian wewayanging ngaurip yang artinya gambaran kehidupan kita bersama.

 

Demikian sambutan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang dibacakan oleh Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX saat membuka acara Kongres Pewayangan II dan Konferensi Internasional Wayang Tahun 2013, di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kamis (22/08).

 

Gubernur menyampaikan bahwa dari kesenian wayang, kita dapat membendung arus besar budaya popular yang cenderung mengesampingkan norma dan nilai kemanusiaan, serta diharapkan dapat meminimalisasi pandangan yang sempit tentang nilai kehidupan serta kemanusiaan. Ini merupakan salah satu kegiatan yang akan mendukung dan memperkuat posisi Yogyakarta sebagi pusat seni Budaya, Kota Pendidikan serta Kota Pariwisata.

 

Selain itu, pertunjukan seni budaya pewayangan ini adalah, untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat, dalam rangka ikut serta membangun solidaritas kebangsaan didalam kondisi masyarakat DIY yang serba majemuk ini, sebagai salah satu unsur modal atau potensi untuk memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tegasnya.

 

Disamping itu, Gubernur DIY mengungkapkan tentang Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY dan salah satunya mengatur tentang Kebudayaan yang berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta serta Peraturan Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya Yogyakarta.

 

Tata Nilai Budaya Yogyakarta adalah Tata Nilai Budaya Jawa yang memiliki kekhasan semangat pengaktualisasiannya berupa pengerahan segenap sumber daya (golong gilig) secara terpadu (sawiji) dalam kegigihan dan kerja keras yang dinamis (greget), disertai dengan kepercayaan diri dalam bertindak (sengguh), dan tidak akan mundur dalam menghadapi segala resiko apapun (ora mingkuh).

 

Sementara itu, laporan dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY Drs. GBPH Yudhaningrat, MM yang dibacakan oleh Kepala Taman Budaya Yogyakarta Drs. Sukisno M.Sn menyampaikan bahwa, tujuan dari acara ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan wayang, agar tetap bersinergis dengan perputaran jaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi.

 

Selain itu, juga untuk menampung masukan, saran dan pemikiran serta mencari kesepakatan untuk mencari solusi terbaik dari berbagai permasalahn wayang dalam upaya pelestarian.

 

Acara yang diikuti oleh 150 peserta ini, merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang sama yaitu Kongres Pewayangan I dan Konferensi Internasional Wayang di tahun 2005. Rangkaian acara dalam kongres dan konferensi ini akan diselenggarakan di dua tempat yaitu PKKH UGM dan Hotel Inna Garuda dari tanggal 21-25 Agustus 2013 dan dibuka oleh Sri Paduka Paku Alam IX dengan penggoresan mural dan peninjauan pameran wayang.

 

Ditempat yang sama, Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE. menyampaikan keprihatinanannya akan kegunaan wayang sebagai alat untuk pendidikan sangat minim, padahal wayang merupakan salah satu media untuk proses pengembangan karakter bangsa agar mampu mempertahankan tradisi Indonesia dalam berjuang melawan arus globalisasi yang sedang terjadi.

 

Dalam pidato singkatnya, ia juga berharap agar dari kongres ini dapat menghasilkan sesuatu yang mampu menjadi panutan langkah-langkah kita kedepan untuk membangun karakter bangsa. (tj/skm)

 

 

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: