28 Feb 2024
  Humas DIY Berita, Kebudayaan,

Icip-Icip Gudeng Manggar, Royal Cuisine Legendaris Khas Yogyakarta

Yogyakarta (28/02/2024) jogjaprov.go.id - Gudeg menjadi kuliner khas DIY yang sudah dikenal masyarakat luas. Kuliner ini biasanya menjadi salah satu pilihan santapan wajib para wisatawan yang berkunjung. Selain Gudeg berbahan dasar nangka muda, ada varian lain berbahan bunga kelapa yang masih muda atau Manggar. Gudeg Manggar ini merupakan sajian yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam dan telah tetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada 2021 lalu.

Konon Gudeg Manggar dibuat oleh putri Panembahan Senopati bernama Sekar Pembayun yang merupakan istri dari Ki Ageng Mangir Wanabaya. Kala tinggal di tanah Mangir, Sekar Pembayun melihat kemampuan tumbuhan kelapa yang banyak berkembang sehingga menjadi mata pencaharian utama penduduk. Setelahnya, dibuatlah sajian gudeg manggar yang semenjak saat itu jadi sajian masakan baru di dekat Mangir.

Kuliner tersebut telah berumur lebih dari 500 tahun sehingga layak disebut sebagai kuliner legendaris khas Yogyakarta. Bahkan, hidangan tradisional tersebut pun masih dilestarikan dan dihidangkan oleh Keraton Yogyakarta hingga saat ini. Gudeg ini memiliki cita rasa yang unik dan khas yaitu lebih gurih padat dibandingkan dengan gudeg nangka pada umumnya.

Gudeg manggar juga menjadi kuliner langka karena bahan bakunya tidak mudah untuk didapatkan. Akan tetapi, keberadaan masakan gudeg manggar, kini mulai dilestarikan ke segala penjuru, salah satunya di rumah makan Gudeg Manggar Luweng Kayu yang berlokasi di Gamplong I, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman.

Pemilik Rumah Makan Gudeg Manggar Luweng Kayu, Rintania Elliyati Nuryaningsih yang akrab disapa Rinta mengungkapkan, gudeg manggar dipilih menjadi highlight kuliner di rumah makannya sebagai upaya melestarikan royal cuisine dan masakan khas Yogyakarta lainnya. Tak hanya gudeg manggar, restonya pun menyajikan menu kuliner jadul DIY ainnya, seperti brongkos, ingkung, mangut lele dan sebagainya.

“Salah satu misi kita adalah untuk melestarikan royal cuisine. Gudeg Manggar itu, memang warisan budaya ya. Kalau dalam Serat Centhini, yang tersebut di sana itu, kuliner jadul dari zaman dahulu kala, yang identik dengan Jogja itu satu, Gudeg Manggar, dua Brongkos, tiga Ingkung. Dan semua itu ada di Luweng Kayu,” ujar Rinta saat ditemui Tim Humas Jogja di Gudeg Manggar Luweng Kayu, Jumat (23/02) lalu.

Dikatakan Rinta, di luar ekspektasinya, gudeg manggar ternyata banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurutnya, selain karena rasanya yang khas yaitu lebih gurih walaupun manis, juga lantaran Gudeg Manggar dinilai aman untuk penderita maag. “Kalau penderita maag itu kan kalau kena nangka, itu kan bisa tambah mual, tambah enggak enak, begah gitu kan. kalau Manggar enggak, aman. Banyak loh peminatnya (gudeg manggar). Walaupun masih tetap didominasi usia 35 tahun ke atas, tapi tetap penerimaannya bagus,” kata Rinta.

Rinta menceritakan, sebelum Gudeg Manggar Luweng Kayu yang baru berdiri 2023 lebih dahulu menjual gudeg manggar dan berbagai menu khas DIY lainnya dalam bentuk frozen secara online. Pemasaran online ini dilakukan selama dua tahun pertama sejak tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda. Rinta mencoba berjualan masakan khas DIY secara online dalam bentuk frozen ini pun untuk mengobati kerinduan masyarakat DIY yang berada di tanah rantau dan tidak bisa kembali lantaran pandemi.

“Alhamdulillah saat ini perkembangannya, kalau kata pemasoknya insya Allah di sini paling gede kebutuhan manggar karena kita sudah kirim berbagai kota di Indonesia bahkan keluar negeri. Malaysia, Singapura, Hongkong udah bisa kita kirim langsung beberapa kali gitu. Dalam sehari waktu pandemi bisa mengirim kurang kurang lebih 100 kotak. Dulu sehari pengiriman frozen itu bisa 3 kali pagi, siang, sore,” jelas Rinta.

Proses produksi sekitar 30 menu yang disediakan Luweng Kayu pun dilakukan secara mandiri bersama para pegawainya yang memberdayakan masyarakat sekitar. Khusus pembuatan Gudeg Manggar sendiri menghabiskan waktu selama 3 hari agar menghasilkan rasa yang gurih dan tidak sepat. Sekali produksi, rumah makannya bisa menghasilkan 15 kg gudeg manggar yang dimasak menggunakan tungku.

“Masakan kita sudah sertifikasi BPOM dan halal. Makanya sudah berani mau bawa kemana juga ayo. Sekarang kenapa masih produksi frozen, karena shifting saja. Kalau dulu kan sebagai delivery, kalau sekarang sebagai hand carry alias oleh-oleh. Frozen bisa tahan tiga bulan” pungkas Rinta. (Han/Fn/Rcd/Stt/Sd/Jon/Er/Ip /Wp/Yd)


Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: