21 Mei 2012
  Humas Berita,

Kebhinekaan Unsur Perekat dan Kekuatan Bangsa

Kebhinekaan Unsur Perekat dan Kekuatan Bangsa

KEPATIHAN YOGYAKARTA (21/05/2912) pemda-diy.go.id - Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengajak masyarakat untuk memandang kebhinekaan atau pluralitas sebagai unsur perekat dan kekuatan bangsa, bukan sebaliknya menjadi kelemahan yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Masalah plulalisme lanjutnya, lebih disebabkan oleh perbedaan pandangan terkait arti dari pruralisme itu sendiri sebagai paham religius artifisial.

"Prlralisme itu sangat beragam. Maka saya meminta pemikir Islam untuk meluruskan pengertian pluralisme supayatidak ada kerancuan yang bisa membangkitkan pertikaian yang tidak perlu. Karena keseragaman bukan pilihan bagi masyarakat yang beragam," kata Sultan dalamkeynote speach pada acaraDialog Budaya dan Refleksi Kebangsaan dengan tema Meneguhkan (kembali) Identitas KebhinekaanIndonesia; Berangkat dari Yogyakarta, di Bangsal Wiyotoprojo, Kompleks Kepatihan, Danurejan,Yogyakarta, Minggu (20/05).

Menurut Sultan, Muslim di Indonesia terbiasa dengan keberagaman beragama. Namun diterima hanya sebagai fakta, bukan sebuah prinsip yang mengarahkan. Bahkan masa depan plulalisme diIndonesiamasih ditentukan oleh negoisasi politik antara elit agama dengan negara, bukan oleh nilai-nilai yang diakui bersama.

Akibatnya, toleransi keagamaan diIndonesiaberdiri di atas pijakan pluralisme yang rapuh, tuturnya.

Dibagian lain, Sultan juga mengajak seluruh masyarakatYogyakartauntuk meneguhkan kembali jatidiri bangsa sebagai penghuni negara maritim. Dengan merubah paradigma agraris tradisional ke arah paradigma maritim yang rasioal dan berwawasam global.

Kegemilangan masa lalu akan hanya menjadi wacana tanpa makna, jika memang, kepemimpinan nasional tidak segera memutar kendali ke arah visi negara maritim. Kerja-kerja pembangunan yang mengkokohkan peradaban bangsa hendaknya dilakukan secara menyeluruh berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek-aspek spriritual bangsa.

"Mari kita jaga jangan sampaiIndonesiamenjadi negara gagal yang menunggu saat keruntuhannya. Karena itu, kemajuan sains dan teknologi harus didasari spiritualitas, sebab jika tidak, hanya akan menghasilkan pembangunan yang timpang, menghamburkan potensi akal dan kurang membawa kemaslahatan," kata Sultan. (rsd)

HUMAS

Bagaimana kualitas berita ini: