05 Des 2013
  Humas Berita,

Kepala Sekolah dan Guru Ikuti Workshop Kehumasan

 

 

 

Kepala Sekolah dan Guru Ikuti Workshop Kehumasan

 

 

Karo UHP Sigit Haryanta: Pendidikan Karakter Jadi Solusi Alternatif Bagi Perkembangan Siswa Jadi Insan Generasi ideal Bangsa

 

 

YOGYAKARTA (05/12) Bagian Humas, Biro Umum, Humas dan Protokol (UHP) Setda DIY, kembali menggelar Workshop Kehumasan. Kali ini, workshop digelar secara maraton mulai tanggal 4, 5, dan 6 Desember 2013, di Hotel Grage Jogja, mengangkat tema Pembentukan Karakter Siswa Dengan Menanamkan Nilai Budaya Yogyakarta Dalam Rangka Implementasi Pelaksanaan Undang-Undang Keistimewaan DIY.

 

 

Workshop diikuti para Kepala Sekolah dan Guru. Hari pertama untuk SD, hari kedua SMP dan hari ketiga SMA. Masing-masing tingkatan berjumlah 50 orang, kata Kepala Bagian Humas, Biro UHP, Iswanto SIP dalam laporannya.

 

 

 

Workshop dimaksudkan guna meningkatkan peranan dan fungsi pendidik di dalam memberikan informasi kepada siswa didik berkaitan dengan kebijakan dan program tentang Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta sebagai tindaklanjut implementasi pelaksanaan Undang-undang Keistimewaan DIY. Bertujuan tersosialisasikan Kebijakan Pemeritahan khususnya tentang Pembentukan Karakter Siswa Dengan Menanamkan Nilai Budaya Yogyakarta Dalam Rangka Implementasi Pelaksanaan Undang-Undang Keistimewaan DIY beserta permasalahan yang muncul sekaligus upaya-upaya penyelesaiannya.

 

 

Kepala Biro (Karo) UHP, Ir. Sigit Haryanta, MT, saat membuka workshop mengemukakan, pendidikan karakter dewasa ini menjadi solusi alternatif bagi perkembangan siswa menjadi insan generasi ideal bangsa. Pendidikan karakter diarahkan untuk menanamkan karakter bangsa secara menyeluruh, baik pengetahuan (kognitif), nilai hidup (afektif), maupun tindakan terpuji (psikomotor). Dengan tujuan untuk membentuk siswa supaya mereka mampu menjadi insan berbudi luhur.

 

 

Pendidikan ini kita diarahkan kepada pendidikan berbasis pembangunan karakter. Oleh karena itu pendidikan di sekolah harus diselenggarakan dengan sistematis sehingga bisa melahirkan siswa yang kompetitif, beretika, bermoral, sopan santun dan interaktif dengan masyarakat, katanya.

 

 

Ditambahkan Sigit, dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan, seorang guru menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan karakter bagi para siswanya. Guru, sebagai sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai peran penting dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru juga menjadi sosok figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap anak didik.

 

 

Sementara Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, Drs. Kadarmanto Baskoro Aji, sebagai nara sumber, antara lain menegaskan, jangan hanya mengejar kecerdasan anak, tetapi yang utama adalah pendidikan karakter. Secara instan lanjutnya, guru akan mendapat palembana (pujian red) jika siswanya mendapat nilai 9, tetapi hal itu tidak imbang dengan karakter. Kecerdasan itu ibarat watuk, masih bisa ditambani.

 

 

Kondisi seperti ini bukan salah guru, salah kepala sekolah ataupun salah kepala dinas, tetapi sistem, dan keluhan ini sudah terjawab di Kurikulum 2013, ungkap Baskoro seraya berpesan kepada para guru tidak usah berpikir soal pelaksanaan kurikulum baru.

 

 

Itu urusan yang membuat silabus. Bapak Ibu tinggal ngecakke. Ibarat dalang tinggal mancal, katanya.

 

 

Nara sumber lain yang dihadirkan, utamanya mengulas tentang kebudayaan yaitu Yuwono Sri Suwito dan Romo Tirun (KRT Jatiningrat) dari Dewan Kebudayaan DIY. (rsd)

 

 

HUMAS

 

 

Bagaimana kualitas berita ini: