24 Sep 2018
  Humas Berita,

Prioritas, Penanganan Gizi Saat Bencana

Yogyakarta (24/09/2018) jogjaprov.go.id - Kerusakan fisik sebagai dampak bencana menjadi hal yang sangat tampak. Namun, dampak yang lebih mendasar ialah timbulnya permasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban bencana.

“Karena itu, penanganan gizi dalam situasi bencana menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat. Permasalahan kesehatan dan gizi saat bencana juga merupakan akibat dari rusaknya berbagai sarana dan prasarana fisik seperti rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk,” ungkap Asisten Bidang Keistimewaan Sekda DIY Ir. Didik Purwadi, M.Sc mewakili Sekretaris Daerah DIY Ir. Gatot Saptadi, MT.

Pada pembukaan ASEAN Training On Nutrition In Emergency di Hotel Alana Yogyakarta, Senin (24/09), Didik menuturkan, posisi wilayah ASEAN, baik secara geografis maupun demografis, memang termasuk kawasan yang rawan terjadinya bencana alam maupun non alam. Mulai dari gempa tektonik, tsunami, banjir dan angin puting beliung.

“Bencana non alam akibat ulah manusia yang tidak mengelola alam dengan baik pun dapat mengakibatkan timbulnya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan kekeringan. Dan dari segi kesehatan, masalah gizi menjadi persoalan yang bisa timbul karena saat bencana ketersediaan pangan dan gizi akan sangat berkurang,” imbuhnya.

Menurut Didik, persoalan pangan dan gizi dapat berdampak besar pada anak-anak, balita, ibu hamil dan masyarakat pada umumnya. Bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, dan terbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi yang ada.

“Karena menjadi hal yang penting, sudah seharusnya upaya penanganan gizi dalam situasi bencana selalu menjadi rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana, pada situasi bencana yang masuk dalam tahap tanggap darurat, maupun pasca bencana,” paparnya.

Didik pun berharap, acara ASEAN Training On Nutrition In Emergency mampu menguatkan kapasitas petugas agar mampu melakukan persiapan, penanganan, dan pengendalian terkait gizi pada keadaan darurat terutama ketika terjadi bencana. Hal tersebut penting untuk dilakukan mengingat wilayah ASEAN merupakan daerah rawan bencana yang dapat berpengaruh terhadap ketersediaan dan ketahanan pangan dan gizi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr. Kirana Pritasari, MQIH mengatakan, ASEAN memang menjadi kawasan yang rawan terjadi bencana yang bahkan juga tidak bisa diprediksi. Meski merupakan sebuah kawasan, tiap negara di ASEAN memiliki karakteristik bencana alam tertentu, misalnya di Indonesia yang lebih sering mengalami gempa bumi.

“Dalam penanganan bencana alam, persoalan seperti kesehatan nutrisi menjadi kunci utama dalam kesehatan masyarakat. Apalagi pada kondisi bencana alam dan situasi krisis, kesehatan masyarakat dapat mengalami perubahan drastis. Karena itu, perlu dilakukan perbaikan kesehatan, termasuk melakukan pemeliharaan usai pemulihan,” imbuhnya. (Rt)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: