07 Jun 2012
  Humas Berita,

Pengamalan Pancasila masih Jauh Panggang Dari Api

Pengamalan Pancasila masih Jauh Panggang Dari Api

Sultan HB X : Banyak orang mengakui Pancasila sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup tapi pada kenyataan kesehariannya hidup dengan nilai-nilai dari luar.


YOGYAKARTA ( 07/06/2012) pemda-diy.go.id. Jika momen 1908 menyemaikan cita-cita kemerdekaan, 1928 mempertegas bingkainya, 1945 memancang tonggak perwujudannya, tahun 2012 sekarang ini Indonesia bukan lagi sekedar cita-cita, tetapi sudah menjadi realita. Cita-cita kebangkitan Naasional menyadarkan bahwa perjuangan bangsa harus terorganisir dalam sebuah gerakan kebangsaan dan Sumpah pemuda memberi semangat untuk bersatu sementara Proklamasi memberi ruh terbentuknya sebuah Negara dan bangsa.

Penegasan demikian di sampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Seminar Nasional Peringatan Hari Lahirnya Pancasila dengan Tema Rakyat Mencari Pemimpin dan terselenggara Kerjasama antara Pemerintah Provinsi DIY, Universitas Gadjah Mada,Yayasan Indonesia Satu, KNPI dan Karangtaruna DIY yang diselenggarakan di Hotel Rich Jalan Magelang, KM 6,5,Yogyakarta.

Menurut Sultan Hamengku Buwono X bahwa realita masakini butuh cita-cita baru . Cita-cita baru yang bersemangat mempersatukan sekaligus merekahkan. Karena realita itu sudah ada, bernama Indonesia, buah dari cita-cita para pemuda pendahulu , dan kini kita memikul tugas untuk mewujudkannya.

Menyangkut renungan dalam seminar Nasional yang menandai Lahirnya Pancasila ini, Raja Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut berharap dapat memberikan pandangan-pandangan alternative, tawaran-tawaran dan bahkan program-program aksi untuk kepentingan mewujudkan cita-cita baru itu dan itu merupakan tantangan besar sekaligus tuntutan gernerasi muda, terutama KNPI dan Karangtaruna yang terlibat dalam kegiatan ini, karena dipundak generasi muidalah tumpuan masa depan bangsa diletakkan, guna membangun sebuah Indonesia Baru, dengan mensinergikan segala kekuatan bangsa melawan penjajahan global dalam semua aspek: politik, ekonomi dan kebudayaan. Sebagaimana Visi Bung Karno, Tri Sakti Jiwa Proklamasi . Berdaulat di bidang politik, Berdikari di bidang Ekonomi dan Berkepribadian di bidang kebudayaan.

Menyinggung hilangnya kepekaan Hati Nurani saat ini Sultan menyatakan bahwa dalam perespektif budaya sejatinya unsure-unsur esensial di setiap Sila pada Pancasila itu merupakan kesatuan cipta, rasa dan karsa seluruh bangsa, tetapi sekarang ini kita rasakan tandas Sultan adanya kesenjangan antara nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan yang ideal dengan nilai-nilai aktualnya. Buktinya, beliau mencontohkan meskipun mengakui Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang menuntun perilaku dan tindakan warga bangsa, ternyata dalam kesehariannya masyarakat dipandu oleh nilai-nilai luar seperti materialisme, pragamatisme, egoisme, konsumerisme, hedonisme, oportunisme, primordialisme, atau dogmatisme. Nilai-nilai inilah yang dianggap sesuai untuk mempertahankan survival dalam masyarakat modern masa kini.

Kesenjangan nilai itu tegas Sultan teramat dalam bahkan diametral, sehingga kita merasa menjadi bangsa yang munafik atau hipokrit. Di Era Reformasi ini kita berekad membasmi KKN, tetapi data dan fakta menunjukkan bahwa korupsi malah lebih merata dan meluas daripada Orde baru. Bangsa ini berteriak anti militerisme, tetapi budaya kekerasan dikalangan masyarakat sipil semakin marak, bahkan juga merebak di dunia pendidikan. Nilai-nilai luhur Pancasila dalam implementasinya masih jauh panggang dari api

Sementara itu mantan Gubernur Gorontalo yang sukses membawa Gorontalo sejajar dengan Provinsi yang maju lainnya, yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era 2009-2011 Dr.Ir.H. Fadel Muhammad dalam materi seminarnya yang berjudul Entrepreurial Leadership untuk Membangun Daya Saing Bangsa menyatakan bahwa ada beberapa factor yang menghambat kinerja pemerintah dan dunia usaha yaitu birokrasi yang tidak efisien, cenderung mencari rented an patrimonial memberi insentif bagi tindakan untuk melakukan korupsi. Ditengarai Fadel Muhammad sejak dilangsungkannya Pilkada Langsung, pusat-pusat kekuasaan lebih menyebar tanpa diimbangi kemampuan controlling yang baik dalam manajemen public sehingga telah menjadikan Korupsi sebagai penghambat Kinerja Pemerintah dan Dunia Usaha. Sementara pemicu pertumbuhan ekonomi sendiri adalah infrastruktur dan akses keuangan kurang diperhatikan.

Seminar sehari Rakyat mencari pemimpin tersebut selain menghadirkan pembicara seperti Jendral(Purnawirawan ) Luhut Panjaitan, Dr.H.Anhar Gonggong, Dr.Wawan Purwanto, Dr.Ir.H.Fadel Muhammad dengan moderator Prof.Dr.Gunawan Sumodiningrat,M.Ec dihadiri Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Rektor UGM Prof.Dr.Pratikno,M.Soc.Sc. DAN GKR.Pembayun tersebut diikuti kurang lebih 1.000 peserta yang berasal dari kalangan ormas pemuda, karang taruna, pemuda dan masyarakat umum.

Mengakhiri sambutannya dalam keynote speak dalam seminar tersebut Sri Sultan Hemangku Buwono X mengatakan bahwa sesungguhnya banyak pemimpin yang memenuhi berbagai kreteria tersebut ada dimana-mana, di ranah politik, akademi, birokrasi, profesi, kaum tan dan pekerja, dunia swasta, atau dikalangan agama. Yang diperlukan sekarang ini adalah bagaimana mereka dapat disenergikan dalam sebuah jejaring agar terakumulasi menjadi sebuah kekuatan besar masyarakat sipil, sehingga memiliki bargaining pisistion yang tidak bida diremehkan untuk menjadi kekuatan perubahan.

Selain itu dalam rangka ikut mensyukuri dan menyambut pencanangan bulan juni sebagai Bulan Bung Karno ini, Sultan hamengku Buwono X mengajak untuk meresapi dan merenungkan kata mutiara Bung Karno tidak ada satoe Weltanschauung dapat mendjadi kenjataan, menjadi realiteit djika tidak dengan perdjoeangan !...zonder perdjoeangan itu tidaklah ia akan menjadi realiteit ! kemerdekaan hanjalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, jang djiwanja berkobar-kobar dengan tekad Merdeka-Merdeka atau Mati. (Kar-budi)

HUMAS DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: