20 Agt 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Pentas Wayang Suran Sebagai Media Umbul Donga dan Ekspresi Budaya

Yogyakarta (19/08/2022) jogjaprov.go.id - Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji secara simbolis menyerahkan Wayang Semar kepada Ki Dalang Utoro Widayanto sebagai penanda dimulainya Pergelaran Wayang Adat Suran “Semar Mbabar Jatidhiri”, Jumat (19/08) pukul 20.00 WIB.  

Pergelaran wayang yang digelar di Pendapa Wiyata Praja, Kompleks Kepatihan, itu menggandeng Paguyuban Dalang Sukra Kasih dan merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan sebagai ungkapan Umbul Donga dan Tolak Bala pada bulan Sura. 

Dalam sambutannya, Aji menyebut bahwa wayang bukan sekedar seni pertunjukan. “Wayang adalah ekspresi nilai-nilai masyarakat, khususnya Jawa. Wayang adalah sebuah lokus di mana semua teori-teori umum dipatahkan. Dalam wayang kita ditawari kemungkinan-kemungkinan hidup manusia. Kemungkinan bukan kepastian,” jelasnya. 

Wayang menurutnya membangun sebuah filosofi yang paling manusiawi, karena mengizinkan manusia untuk menyaksikan pilihan-pilihan tanpa memaksa harus melihat ke satu arah. 

Adapun jalan cerita pada lakon Semar Mbabar Jatidhiri menyampaikan bahwa urusan duniawi dan spiritual harus seimbang. Kehidupan yang hanya berorientasi pada duniawi dan terlalu fokus pada urusan kenegaraan namun meminggirkan urusan spiritual tidak akan mulia. 

Tokoh Semar yang dianggap sebagai ‘pamomong’ dan penasehat dalam dunia pewayangan, memberikan keteladanan berupa wejangan tentang jatidhiri seorang raja dan juga bangsa sebagai solusi atas berbagai masalah yang dihadapi. 

“Dalam kosmologi Jawa, idealitas kepemimpinan ditunjukkan melalui karakter Satriya Pinandhita. Konsep ini merujuk pribadi yang merangkum dua karakter: kualitas kenegarawanan sekaligus kualitas spiritual. Di satu sisi ia punya kemampuan sebagai Satria yang berperan menegakkan dharma dalam tataran kenegaraan, dan di sisi lain ia menjadi teladan dengan watak Pandhita yang berkesadaran luhur,” ungkap Baskara Aji. 

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi pada kesempatan yang sama menyebut bahwa pergelaran wayang suran merupakan bentuk perwujudan doa. “Pada bulan Sura ini, wayang adat suran hadir sebagai bentuk umbul donga (doa bersama),” ujarnya. Pergelaran wayang ini juga bertepatan dengn HUT ke-77 Kemerdekaan RI, sehingga harapannya bangsa Indonesia semakin mulia, dijauhkan dari segala macam marabahaya dan kesengsaraan.  

Sekitar tiga jam berlangsung, pergelaran wayang suran memasuki babak akhir yang menghadirkan Den Baguse Ngarsa, Yanti Lemu, dan Sihono pada adegan gara-gara. Pergelaran wayang yang juga dihadiri Plh. Asisten Sekda Bidang Perekomian dan Pembangunan serta Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY ini berakhir pukul 24.00 WIB. [vin/hy]

 

HUMAS DIY 

 

Bagaimana kualitas berita ini: