07 Des 2020

Peringatan 65 Tahun Indonesia-Vietnam, Majukan Kemitraan Strategis

Yogyakarta (07/12/2020) jogjaprov.go.id - Hubungan bilateral Republik Indonesia dan Republik Sosialis Vietnam telah berlangsung selama 65 tahun. Dengan makin eratnya hubungan yang terjalin, hubungan kedua negara bahkan tidak hanya sekadar terjadi di level pemerintah kedua bangsa.

Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X mewakili Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin (07/12). Sri Paduka hadir secara daring dari Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta mengikuti acara Peringatan Hubungan Bilateral RI-Vietnam ke-65 di DIY dan Pembukaan Pameran Foto yang diadakan di Grhatama Pustaka, Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Sri Paduka mengatakan, hubungan diplomatik Republik Indonesia-Vietnam diawali dengan pembukaan Konsulat Republik Indonesia di Hanoi pada 30 Desember 1955. Selanjutnya, kantor ini menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia pada 10 Agustus 1964.

“Saling kunjung antara Bapak Pendiri Bangsa dari kedua negara menjadi momentum yang sangat bersejarah. Bulan Februari-Maret 1959, Presiden Ho Chi Minh berkunjung ke Indonesia dan pada bulan Juni tahun yang sama Pesiden Soekarno melaksanakan kunjungan balasan,” ungkap Sri Paduka.

Sri Paduka menambahkan, DIY sendiri turut mengambil peran dalam peristiwa bersejarah kedua negara. Pada saat kunjungannya ke Indonesia, Presiden Ho Chi Minh bahkan meluangkan waktu khusus berkunjung ke Yogyakarta dan bertemu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Saya menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan Pameran Foto Peringatan 65 Tahun Hubungan Bilateral Republik Indonesia-Vietnam kali ini di Yogyakarta. Saya ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Yogyakarta sebagai wujud komitmen untuk mendukung kemitraan strategis antara kedua negara,” ujar Sri Paduka mewakili Gubernur DIY.

Hadir secara daring, Duta Besar Vietnam untuk Indonesia, HR Pham Vinh Quang mengatakan, 65 tahun lalu Indonesia menjadi negara ASEAN pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Vietnam. Selama lebih dari enam dekade ini, pergolakan politik di ASEAN maupun dunia tidak mempengaruhi hubungan kedua negara.

“Hubungan Indonesia dan Vietnam justru terjalin makin erat, kedua negara tetap menjadi sahabat, dan makin efektif di segala bidang. Sebagai saudara, kita diikat oleh kesamaan identitas dan budaya, dan sejarah perjuangan kemerdekaan kita yang menjadikan kita seperti sekarang,” imbuhnya.

Pham Vinh Quang pun menyinggung kunjungan Presiden Ho ke Yogyakarta pada 1959. Kunjungan kala itu lebih didasari oleh pemikiran tentang Yogyakarta sebagai perwujudan cita-cita luhur kemerdekaan RI. Saat itu Indonesia dan Vietnam tengah memperjuangkan persatuan nasional.

“Saat itu, Hamengku Buwono IX mengusung istilah ‘Takhta untuk Rakyat’, di mana beliau mengabdikan takhta dan dirinya untuk kemerdekaan Indonesia. Karena itulah, Yogyakarta terus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas dan pembangunan Indonesia,” paparnya.

Pham Vinh Quang menambahkan, dengan slogan ‘Jogja Istimewa’ ia meyakini Yogyakarta bisa menyongsong masa depan yang lebih cerah. Karena itu menurutnya sangat penting bagi Yogyakarta memajukan kemitraan strategis Yogyakarta-Vietnam maupun Indonesia-Vietnam, khususnya di masa setelah pandemi nanti.

“Kami berharap melalui acara seperti ini dapat membuka peluang baru kerja sama berbagai bidang, utamanya perdagangan, investasi, dan pariwisata antara Indonesia-Vietnam maupun Vietnam dengan daerah-daerah seperti DIY,” imbuhnya.

Acara ini dihadiri secara daring pula oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri sebagai perwakilan keluarga Presiden Ir. Soekarno.

Pameran foto Peringatan Hubungan Bilateral RI-Vietnam ke-65 kali ini diselenggarakan bersama oleh Pemda DIY dengan Kedutaan Besar Vietnam di Indonesia. Pameran akan berlangsung pada 7-13 Desember 2020 secara daring maupun luring.

Selain foto-foto dan video kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke indonesia dan Presiden Ir. Soekarno ke Vietnam. Pameran ini juga menampilkan keunggulan DIY, utamanya di bidang ekonomi. Hal ini sebagai upaya pemulihan ekonomi dan sosial-budaya dalam pranata baru di tengah pandemi CoViD-19. (Rt)

Bagaimana kualitas berita ini: