07 Mei 2024
  Humas DIY Pemerintahan,

Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan I 2024 Tertinggi di Pulau Jawa

Yogyakarta (07/05/2024) jogjaprov.go.id - Perekonomian DIY masih tumbuh melanjutkan tren pemulihan yang terus menguat pada awal 2024. Kinerja perekonomian DIY triwulan I 2024 yang diukur dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 tumbuh 5,02 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,86 persen (yoy).

Secara yoy, pada triwulan I 2024 pertumbuhan ekonomi DIY tertinggi dibandingkan provinsi lain se-Pulau Jawa. Selain beberapa PSN yang masih berjalan di wilayah DIY, kunjungan wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing saat liburan awal 2024 turut menggerakkan perekonomian DIY.

Lebih dari setengah perekonomian Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa sebesar 57,70 persen. Dengan pertumbuhan antar triwulan (qtq) mencapai 0,89 persen dan antar tahun (yoy) sebesar 4,84 persen. Perekonomian Pulau Jawa menyumbang pertumbuhan 2,86 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi PDRB DIY terhadap Pulau Jawa 1,57 persen dan terhadap total 34 provinsi sebesar 0,91 persen.

Kepala BPS DIY Herum Fajarwati menyatakan hampir semua kategori tumbuh positif di triwulan ini. Pertumbuhan tertinggi dicapai pengadaan listrik dan gas sebesar 16,26 persen, diikuti penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 12,58 persen dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial sebesar 12,39 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (PKLNPRT) sebesar 20,29 persen, diikuti pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP) sebesar 10,06 persen.

"Jumlah pelanggan listrik pada triwulan 2024 tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Terjadi peningkatan jumlah pemakaian gas kota. Pelanggan gas kota yang baru mulai instalasi pada triwulan sebelumnya ini pada awalnya hanya dinikmati rumahtangga, namun pada triwulan ini pelanggan gas kota sudah merambah ke hotel-hotel," tutur Herum dikantornya, Senin (06/05) lalu.

Herum mengatakan meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke DIY memberikan dampak positif terhadap sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Tumbuhnya kategori administrasi pemerintah didorong pembayaran THR bagi ASN/TNI/POLRI yang sebagian besar direalisasikan pada triwulan I 2024. Sementara pada tahun sebelumnya THR dibayarkan secara penuh pada triwulan kedua. Selain itu, juga didorong pembayaran honor penyelenggaraan pemilu.

Sedangkan perekonomian DIY berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku triwulan Pertama I 2023 mencapai Rp47,89 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 30,68 triliun. Dibanding triwulan IV 2023 perekonomian DIY tumbuh 0,91 persen (qtq).

"Lapangan usaha yang tumbuh tinggi adalah pertanian, kehutanan dan perikanan 25,08 persen, diikuti jasa keuangan dan asuransi 5,14 persen dan industri pengolahan 3,73 persen. Dari sisi pengeluaran, terutama di dorong pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar 8,86 persen, dan ekspor barang dan jasa sebesar 4,40 persen," terang.Herum.

Struktur ekonomi DIY triwulan I 2024 didominasi lapangan usaha industri pengolahan sebesar 12,07 persen, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan 10,87 persen serta penyediaan akomodasi dan makan minum 10,41 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih mendominasi 61,02 persen, pembentukan modal tetap bruto 32,14 persen.dan pengeluaran konsumsi pemerintah 13,10 persen.

Ketua Pusat Studi Ekonomi, Keuangan dan Industri Digital UPN Veteran Yogyakarta Ardito Bhinadi mengungkapkan pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan I 2024 tertinggi di Pulau Jawa karena adanya pemilu, aktivitas keagamaan dan peningkatan daya beli masyarakat. Rangkaian kegiatan pemilu meningkatkan transaksi belanja pemerintah dan kontestan. Transaksi ekonomi tersebut mendorong kenaikan produksi dan belanja baik pemerintah maupun swasta.

"Faktor kedua adalah aktivitas keagamaan pada saat Ramadan. Pada saat bulan puasa terjadi peningkatan produksi industri makanan jadi baik dalam skala mikro maupun besar. Peningkatan produksi industri makanan tidak terlepas dari meningkatnya permintaan masyarakat selama Ramadan dan persiapan Lebaran," tutur peneliti sekaligus dosen UPN Veteran Yogyakarta tersebut.

Ardito menambahkan faktor ketiga adalah meningkatnya daya beli masyarakat. Pembagian THR baik secara nominal maupun ekspektasi, mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Ketiga faktor tersebut mendorong pertumbuhan sektor listrik dan gas, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum; serta sektor administrasi pemerintah tumbuh tinggi. (Fn)


-HUMAS PEMDA DIY -

Bagaimana kualitas berita ini: