08 Jul 2013
  Humas Berita,

Peserta Diklatpim II Jatim Studi Lapangan Ke DIY

 

 

 

Peserta Diklatpim II Jatim Studi Lapangan Ke DIY

 

 

KEPATIHAN YOGYAKARTA (08/07/2013) Asisten Administrasi Umum Setda DIY, Drs. Sigit Sapto Raharjo, MM atas nama Gubernur, menerima rombongan peserta Studi Lapangan Dikltapim Tingkat II Angkatan XXX Tahun 2013 Jawa Timur, di Gedhong Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (08/07). Hadir mendampingi Wagub, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY, Ir. Gatot Saptadi, unsur Dinas Sosial, Biro Umum, Humas dan Protokol, serta unsur Bakeslinmas.

 

 

Menurut pimpinan rombongan, Dr. Ahmad Sukardi, MM, peserta Diklatpim berjumlah 58 orang berasal dari berbagai instansi fertikal, provinsi serta kabupaten dari berbagai daerah di Indonesia. Kedatangan mereka ke Pemda DIY untuk memperoleh gambaran strategi pemerintah dan masyarakat serta dunia usaha dalam manajemen penanggulangan bencana alam. Kedepan setelah kunjungan ini diharapkan akan tercipta jejaring antara Pemda DIY dengan Jawa Timur.

 

 

Selain itu ingin mengaktualisasikan hasil yang telah dipelajari selama diklat, para peserta juga akan studi lapangan ke Kabupaten Bantul terkait bagaimana mengatasi bencana, terang Ahmad Sukardi.

 

 

Sementara Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam sambutan tertulisnya mengemukakan, DIY memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, klimatologfis dan demografis yang rawan terhadap ancaman bencana alam. Sebab wilayah Yogyakarta dan sekitarnya terletak pada jalur tekntonik dan vulkanik yang sering menjadi penyebab utama terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi di tahun 2006 dan letusan dasyat Gunung Merapi di penghujung tahun 2010 silam.

 

 

Dua kejadian itu telah membuka mata masyarakat DIY, bahwa dibalik kondisi yang aman, nyaman dan sentosa, ternyata DIY menyimpan bahaya dalam bentuk bencana alam, ungkapnya.

 

 

Berkomentar terkait situasi dan kondisi wilayah, Sultan menambahkan, meski DIY dapat dikatakan stabil dan kondusif namun juga terjadi gesekan. Gesekan tersebut dapat diredam sehingga tidak berkembang menjadi konflik sosial yang berskala besar dan berkepanjangan. Oleh karenanya Yogyakarta sering dijuluki sebagai city of tolerance.

 

 

Meski karakteristik masyarakatnya sangat heterogen dan multikultur, namun ketentraman dan ketertiban masyarakat DIY relatif dapat terjaga. Toleransi masyarakat pribumi terhadap pendatangpun tergolong baik, tuturnya. (teb/rsd)

 

 

HUMAS

 

 

Bagaimana kualitas berita ini: