05 Jul 2023
  Humas DIY Berita,

Peserta PKN Diharapkan Menjadi Pemimpin Perubahan

Yogyakarta (05/07/2023) jogjaprov.go.id - Dalam tren dunia yang turbulen ini, berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, akan semakin kompleks dan tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Inovasi dan kreativitas, adalah kunci untuk menciptakan solusi-solusi baru yang efektif dan efisien. Pemimpin dengan jiwa kewirausahaan, akan memiliki keberanian untuk mencoba pendekatan baru, melakukan transformasi, dan tidak takut menghadapi risiko untuk mencapai hasil yang lebih baik.

“Secara garis besar, kepemimpinan kewirausahaan adalah mencerminkan sosok pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada birokrasi, tetapi juga menerapkan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan inilah, yang menjadi salah satu kunci untuk menghadirkan transformasi sistem pemerintahan,” ungkap Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono membacakan sambutan Gubernur DIY pada Pembukaan Pelatihan Kepemimpinan (PKN) Tingkat II Angkatan 23 Tahun 2023, Rabu (05/07) di Gedhong Pracimosono, Bangsal Kepatihan Yogyakarta.

Beny menegaskan bahwa diperlukan proses pendidikan, dan dilanjutkan dukungan yang kuat dari seluruh masyarakat, termasuk para pejabat birokrasi dan pelayan publik. Bagaimanapun, pemimpin berjiwa wirausaha harus diberikan peluang dan momentum, untuk menginspirasi, memotivasi, dan menggerakkan para pemangku kepentingan, seiring komitmen untuk maju bersama. “Menjadi tepat kiranya, apabila kedepan, Kepemimpinan Kewirausahaan menjadi fondasi pemerintahan di Indonesia,” ungkapnya.

PKN Tingkat II Angkatan 23 ini mengusung tema Kepemimpinan Kewirausahaan untuk Kemualiaan Martabat Manusia. Tema ini diambil untuk mendukung RB Tematik Percepatan Prioritas Aktual Presiden. Tujuan penyelenggaraan PKN Tingkat II adalah mengembangkan kompetensi kepemimpinan strategis peserta, yang merupakan kompetensi manajerial pada Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama yang akan berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing-masing. “Pelatihan selama 16 minggu dilaksanakan di DIY dan dari kedudukan masing-masing menggunakan teknologi informasi seperti video meeting/conference. Pelatihan ini diiukuti oleh 60 peserta yang berasal dari 2 Kementerian, 3 Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Lembaga Tinggi negara, dan 20 Pemerintah Daerah,” papar Plt. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan, Amin Purwani.

Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MA, mengungkapkan bahwa menghadiri upacara pembukaan PKN seperti hari ini selalu menimbulkan semangat dan optimisme yang luar biasa. Karena bertemu dengan peserta yang menjadi calon-calon pemimpin perubahan. Di mana setelah melalui program pelatihan, peserta harus bisa melakukan transformasi. “Mereka semua sudah menduduki jabatannya, sudah dikategorikan sebagai pemimpin tetapi dalam program PKN ini bapak/ibu akan dilatih untuk menjadi pemimpin yang bukan pemimpin biasa-biasa saja. Artinya seorang pemimpin pun masih membutuhkan proses transformasi, dan transformasi itu harus dimulai dari transformasi diri,” ujarnya.

Tri mencontohkan Jabang Tetuka, anak Bima yang harus menempuh ujian di Kawah Candradimuka agar menjadi lebih kuat dan sakti. Meskipun ditugaskan pada misi yang sangat sulit, bayi Tetuka tidak menyerah dan akhirnya bisa keluar kawah Candradimuka dan menjadi Gatot Kaca. Ini adalah proses transformasi, yang juga harus dilalui oleh seluruh peserta pelatihan. “Tugas Bapak/Ibu tidak selesai hanya ketika sudah diwisuda menjadi pemimpin perubahan, tapi seperti Gatot Kaca, akan menghadapi Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity,” ujarnya.

Istilah ini diciptakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus, dua orang pakar ilmu bisnis dan kepemimpinan dari Amerika. Dunia VUCA artinya kita hidup dalam situasi dimana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif. Perkembangan teknologi dan informasi menjadi salah satu pengaruh terbesar dari perubahan ini. “Bapak ibu harus melakukan transformasi berikutnya, setelah transformasi diri harus melakukan transformasi sistem, transformasi institusional. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan organisasi kita memiliki kinerja yang jauh lebih hebat daripada sekarang,” ungkap Tri. (Wd/Rd/Jhn/Dns)

 

Humas Pemda DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: