06 Sep 2012
  Humas Berita,

Pesta Emas HUT PWRI Dilaksanakan Di Tempat Kelahirannya

Pesta Emas HUT PWRI Dilaksanakan Di Tempat Kelahirannya

 

Menko Kesra: PWRI Adalah Pelestari Kesetiakawanan Sosial, Pemelihara Sekaligus Pewaris Budaya Bangsa

YOGYAKARTA (05/09/2012) pemda-diy.go.id
Ulang Tahun Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) ke-50 tahun ini, dapat dikatakan pesta emas yang sangat istimewa, karena dilaksanakan di Yogyakarta, tempat lahirnya PWRI, 24 Juli 1962 lalu sekaligus menyambut kehadiran Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kita patut bersyukur,karena tidak semua dapat menjadi lanjut usia, tidak semua mempunyai kesempatan menjadi angota PWRI. Jadi jangan sesali menjadi lanjut usia, karena tidak semua orang mencapai usia di atas 50 tahun, kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI, DR. Agung Laksono, pada peringatan HUT PWRI ke-50, di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Rabu (05/09) malam.

Hadir pada kesempatan itu mantan Menteri Koperasi, DR. Subiyakto Cakra Wardaya, mantan Menteri Perhubungan RI, Usman Safri Jamal, Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawasyir, mantan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, Mantan Kapolri Rusmanhadi, Gubernur Jateng Bibit Waluyo, pejabat tinggi kementerian dan perwakilan anggota PWRI seluruh Indonesia. Peringatan HUT PWRI ditandai denga pemotongan tumpeng, oleh Prof.DR Haryono Suyono, MA,PhD yang kemudian diserahkan kepada Wagub DIY, Paku Alam IX dan Mustafa Abubakar, dilanjutkan dengan penanda tanganan Prasasti PWRI ke-50 tahun, dan penanda tanganan nota kesepahaman antara PWRI dan Korpri. Dalam kesempatan itu juga diwarnai dengan pemberian beberapa penghargaan, dan penyerahan E-Karip bagi pensiunan.

Dikatakan, para pensiunan dulu diidentikan dengan sakit-sakitan, tua renta, harta nabis untuk berobat, dan minta dikasihani. Hal itu adalah pandangan yang keliru, karena realitanya menunjukkan bahwa banyak sekali pensiunan yang masih berkarya untuk keluarganya. Semua itu dilakukan karena rasa sayang, ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Sekarang lebih luas lagi, turut peduli kepada masyarakat, bangsa dan negara, Para pensiunan justru mempunyai peran penting, ini terbukti ketika terjadi perubahan sosial dan melemahnya nilai-nilai kesetia kawanan sosial, anggota PWRI dapat berperan sebagai tokoh yang berfungsi sebagai pemelihara dan penjaga nilai norma dan rambu-rambu sosial.

Sebagai lansia anggota PWRI adalah pelestari kesetia kawanan sosial, pemelihara sekaligus pewaris budaya bangsa Indonesia kepada dua generasi sebelum sesudahnya, yaitu putra-putri, anak cucunya, ungkap Menko Kesra Agung Laksono.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, melalui Wakil Gubernur, Paku Alam IX antara lain mengatakan, para wredatama yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil, dapat berkembang maju apabila kompak dan bersatu dalam membina dan memupuk kebersamaan. Paradigma untuk pensiunan atau penduduk lanjut usia pada masa lalu adalah selalu yang diperhatikan, namun saat ini sudah waktunya wredatama memperbaharui dengan paradigma baru.

Saat ini lanju usia atau pensiunan adalah seseorang yang dapat memberi perhatian dan partisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara, bahkan dalam memberdayakan masyarakat, harap Sultan.

Sementara Ketua Umum PWRI, Prof.Dr. Haryono Suyono, MA.PhD, mengemukakan, anggota PWRI diseluruh Indonesia sampai sekarang berjumlah 2,3 juta orang, dan menurut data PT Taspen terjadi peningkatan antara 100 ribu hingga 150 ribu orang tiap tahunya. Namun demikian ia meminta kepada pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan, agar tidak menyebut lagi pensiunan membebani anggaran negara seperti dalam berita media beberapa minggu lalu.

Rasanya hati ini pilu karena selama 30 sampai 35 tahun, para anggota PWRI ini berjuang demi demi negara, untuk menyiapkan segala sesuatunya demi menunjang pekerjaan yang diembannya, katanya.

Menurut Haryono Suyono, setelah pensiun mereka banyak yang kembali kemasyarakat dan karena pengalaman kerja selama itu banyak pula yang masih mengabdikan dirinya di tengah masyarakat tanpa gaji. Pengorbanan itu barang kali tidak boleh dianggap membebani anggaran belanja Negara.

Mereka berjuang tanpa pamrih, oleh karena itu saya mohon jangan kiranya mendiskreditkan para pensiunan ini. Andaikan tidak bisa menaikan anggaran pensiun, setidak-tidaknya berterima kasihlah kepada para pensiunan yang 90% masih tetap segar bugar dan siap mengabdi kepada nusa dan bangsa dengan semangat yang tinggi, terang Haryono Suyono seraya menambahkan bahwa para pensiunan banyak yang meningkatkan kepedulian dengan membantu pemerintah pada umumnya melakukan pemberdayaan tiga generasi, yaitu generasi anak-anak, generasi dewasa, dan sesama generasi usia lanjut. (ip/rsd)

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: