01 Des 2012
  Humas Berita,

Presiden Singapura Kagumi Tari Golek Minak

YOGYAKARTA (30/11/2012) portal.jogjaprov.go.id - Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam mengagumi tari Golek Menak karya mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang ditampilkan saat mereka berkunjung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jumat (30/11) malam.


"Presiden Singapura menyatakan kagum saat menyaksikan tarian tersebut sebelum jamuan makan malam," kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X.


Menurut dia, usai menerima kunjungan Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam bersama istri Mary Tan dan rombongan, beliau tertarik dengan tari Golek Menak yang merupakan salah satu karya budaya
Jawa.

"Jadi, kami hanya membicarakan tarian dan budaya. Dalam kunjungan tersebut tidak ada pembicaraan kerja sama apa pun, hanya menyaksikan pentas tari dan jamuan makan malam," kata Sultan yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.


Presiden Singapura dan istri didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh serta rombongan tiba di keraton sekitar pukul 19.15 WIB, disambut Sultan dan istri GKR Hemas didampingi
putrinya GKR Pembayun di Regol Donopratolo.


Mereka kemudian menuju Gedhong Jene diiringi alunan gamelan yang membawakan tembang Monggang, dan mendapatkan penghormatan dari prajurit keraton.


Di Gedhong Jene mereka mengadakan pertemuan, dan pembicaraan sekitar 15 menit, kemudian menuju Bangsal Kencana untuk menyaksikan tari Golek Menak.


Tarian yang dibawakan empat penari, dua di antaranya memerankan burung, ditampilkan di Tratag Bangsal Kencana selama sekitar 30 menit.


Usai menyaksikan tari tersebut mereka menuju Bangsal Manis untuk menikmati jamuan makan malam.

Setelah jamuan makan malam, sekitar pukul 21.30 WIB Presiden Singapura beserta rombongan meninggalkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.


GKR Pembayun mengatakan tari Golek Menak biasanya ditampilkan pada saat ada tamu keraton. Tari ini diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1943.


Menurut dia, tarian itu menceritakan pertarungan Dewi Rengganis dari Kerajaan Koparman dengan Dewi Wedaninggar dari Kerajaan Kartaripuro.


Tarian itu berakhir dengan hasil pertarungan yang dimenangkanoleh Dewi Rengganis. "Tari ini menjadi karya seni monumental Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai bentuk kearifan lokal
tradisi istana," katanya. (rsd)

HUMAS

Bagaimana kualitas berita ini: