30 Mei 2018
  Humas Berita,

Perayaan Tri Suci Waisak 2018 Maknai Harmoni Perbedaan

Klaten (30/05/2018) jogjaprov.go.id – Perayaan hari Tri Suci Waisak 2562BE/2018 hendaknya dimaknai dengan saling menebar kebenaran dan menghargai perbedaan. Teologi pluralis menolak paham eksklusivisme yang didalamnya ada kecenderungan opresif terhadap agama lain. 

Hal ini disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat memberikan sambutan dalam penyelenggaraan ritual sambut detik-detik Waisak di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (29/05) malam. Dalam Perayaan Hari Waisak tahun 2018 ini mengambil tema besar Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni’.

“Meskipun ada bermacam-macam agama, namun tujuannya adalah satu. Bahwa banyak jalan menuju Ka’bah, yang harus kita pertimbangkan ialah jalan menuju kesana sangat beraneka ragam dan sangat tak terbatas jumlahnya. Tetapi, apabila meninjau tujuannya, maka semuanya terarah hanya pada satu tujuan. Dalam spirit kesatuan inilah, kita hendaknya menghargai ke-berbeda-an,” ucap Gubernur DIY mengutip ajaran sufi Jalal al-Din Rumi.

Gubernur DIY menambahkan, ibarat air yang subtansinya adalah satu tetapi bentuk wujudnya berupa sungai, danau, lautan, uap, mendung, hujan, kolam, embun. Dan ibarat cahaya yang substansinya satu tetapi spectrum cahayanya punya ‘daya terang’ tersendiri. “Ia sama dengan agama, kebenaran substansial hanyalah satu, tetapi aspek-aspeknya berbeda,” lanjut Sri Sultan.

Lanjut Sri Sultan HB X menyampaikan, bahwa peradaban negeri saat ini membutuhkan orang yang berani hidup syahid dengan saling mengasihi sesama, saling tolong-menolong, dan melindungi. “Kemiskinan dan mereka yang tidak berdaya sangat banyak jumlahnya, yang justru membutuhkan bantuan. Mari kita tunjukkan peran ke-syahid-an dunia dengan pengabdian, agar hidup terasa lebih bermatabat,” tutur Sri Sultan.

Anggota Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof. Dr. Moh. Mahfud, MD, SH, SU menyampaikan, mudah-mudahan apa yang menjadi tema perayaan Hari Waisak tahun 2018 ‘Harmoni dalam Kebhinekaan untuk Bangsa’ di Candi Sewu ini dapat menyadarkan kebersatuan dalam kebhinekaan yang saat ini sedang mengahdapi ancaman meskipun tidak terlalu serius.

“Gerakan-gerakan radikal muncul di berbagai tempat secara sporadis menjadi gangguan ikatan kebangsaan kita. Yang sebenarnya ingin membangun harmoni dalam kebhinekaan itu,” ucapnya.

Dewan BPIP juga menambahkan, bahwa kita tidak perlu berkonflik hanya karena perbedaan agama. Alangkah lebih baiknya saling menganjungkan apapun agama yang kita anut dengan melaksanakan ajaran agama dengan baik.

“Maka kita akan damai. Yakinlah orang yang tidak suka perdamaian itu salah dalam melaksanakan ajaran agama. Kalau orang melaksanakan ajaran agama dengan benar, pasti akan saling kasih dengan sesama apapun agamanya,” pungkasnya.

Hadir pula dalam perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun 2018 Anggota Dewan BPIP Dr. Sudhamek AWS, SE, SH, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Bimas Buddha Drs. Supriyadi, M.Pd, Direktur Utama PT TWC Palwoto, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd, Romo Antonius Benny Susetyo, dan umat Buddha di sekitar wilayah Jawa Tengah. (Rk)

HUMAS DIY

 

 

Bagaimana kualitas berita ini: