29 Nov 2011
  Humas Berita,

Sultan Buka Biennale XI Di Jogja Nasional Musium,Gampingan,Yogyakarta

Sultan Buka Biennale XI Di Jogja Nasional Musium,Gampingan,Yogyakarta

Sultan: Yogyakarta oleh pemuka lintas agama dunia, diberi atribut City of Tolerance

Sultan menyaksikan pameran Bienale XI Yogyakarta  yang digelar di Jogja Nasional Manumen (JNM) Bekas Kampus ASRI,  Gampingan,Wirobrajan,Yogyakarta
Yogyakarta(28/11/2011) pemda-diy.go.id. Masyarakat Yogyakarta selama selama hampir sebulan ini (26 November s/d 21 Desember 2011)dihibur Pameran Seni Rupa Kerjasama Seniman Yogyakarta dengan India dengan tajuk Bienele XI Yogyakarta yang digelar di Jogja Nasional Manumen (JNM) Bekas Kampus ASRI, Gampingan,Wirobrajan,Yogyakarta yang pembukaannya dilakukan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X Sabtu petang (26/11).

Menurut Kurator Bienalle Jogja XI Alia Swastika di sela-sela menunggu kehadiran Gubernur DIY kepada reporter www.pemda-diy.go.id, menjelaskan, bahwa tema dari pameran ini adalah isu agama, kepercayaan, dan keberagaman Kalau pameran sebelumnya banyak mengangkat tema yang lain, kini berganti ke isu keberagaman. Karena keberagaman punya tempat di mana pun, karena keberagaman intinya adalah menyesuaikan diri dengan perbedaan, bukan membuat sesuatu menjadi sama

Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan pembukaannya dalam upacara yang dlaksanakan secara sedehana tersebut mengatakan bahwa Tema Bienenale Jogja Ke-11 tahun 2011 SHADOW LINES : Indonesia meets India tampaak adaa jalur benang merah kesinambungannya dengan biennale Jogja Ke-9 tahun 2007 dengan tema : Neo-Nation yang meluas, mengglobal seakan membentuk borderless world

Tetapi Biennalle Ke-11 justru lebih menukik dengan membangun dialoig budaya dan kerjasama antarbangsa di seputar khatulistiwa, yang ditaandai dengan major event Festivaal equator Seri-1 dana didukung oleh Paralel Event. Bertolak dari tema itu tandas Sultan,kaliu ini Biennale akan bermitra dengan India.

tradisi Nusantara, khususnya Jawa. Dalam sejarah, hubungan itu bahkan sudah sejak abad pertama Masehi, tatkala bangsa-bangsa dari Asia Selatan melintasi perairan Indonesia dalam perjalannya dari dan menuju China.

Menyinggung peringatan enam decade hubungan diplomatik India dengan Indonesia dan implementasi Pengaturan Program Pertukaran Kebudayaan 2011-2014, awal November 2011 lalau menurut Gubernur DIY telah dipergelarkan kolaborasi pertunjukan seni tari Indonesia India yang berlangsung sukses.

Keberhasilan tersebut harapan Sultan dapat menjadi semangat agar suksesnya kolaborasi seni rupa yang akan digelar selama 10 hari pameran tersebut juga meraih sukses, seperti halnya di cabang seni tari, dalam seni rupapun. Karena selain kesamaan gaya, tandas Sultan tentu juga mengandung perbedan-perbedaan sesuai latar belakang sosial budaya masing-masing bangsa. Pengaruh India, ternyata, juga meliputi berbagai seni pahat dan seni patung yang menambah khazanah seni rupa Indonesia.

Sultan mencontohkan cerita Ramayana dan Mahabarata, meski ada kesamaan akan jalannya cerita, tetapi tentu, ada sedikit pernbedaannya dengan versi India, setelah melalui proses akuturasi kreatif yang adaktif terhadap sosial- budaya lokal .

Dibagian lain dalam sambutannya Sultan mengemukakan bahwa Yogyakarta adalah simbol koekesistensi dan toleraansi hidup beragama dan pemeluknya, yang disimbolkan oleh keberadaan candi-candi Hindu-Budha yang berdiri tegak berdampingan secara damai. Karena itu para pemuka lintas agama dunia, Yogyakarta oleh mereka juga diberi atribut City of Tolerance

Sebagai negeri yang bernama Ngayogyakarta Hadiningrat menurut Sultan pantas dan pryoga yang menjadi suri tauladan keindahan semesta. Yogyakarta yang dihidupi filosofi Hamemayu hayuning Bawana mengharuskan Yogyakarta berserta warganya untuk sellalu hadir memberikan sumbangsih kepada dunia, tapi juga sebaliknya, menerima dunia secara kreatif untuk dipangku dalam dirinya.

Konsep ini sejalan dengan ajaran Hindu Tri Hita Karana yaitu menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis antarrelasi dengan Tuhan atau Parahyangan, dengan alam lingkungan atau palemahan dan dengan sesame manusia atau pawongan.

Mengakhiri sambutannya Gubernur DIY mengharapkan dengan tergelarnya Kolaborasi seni anatara Yogyakarta,Indonesia dengan India sebagaimana diajarkan Hinduisme yang juga mengajarkan bahwa alam yang dianggap sebagai penjara manusia dapat diakalahkan melalui pengetahuan tentang struktur alam, bahkan dengan bantuan alam pula. Dengan demikian lingkungan alam terikat erat dengan tekhnik spiritualnya, alam juga diposisikan sebagai guru yang dapat memperkaya manusia melalui kearifannya.

Pembukaan Biennale Jogja 11ditandai dengan pembukaan pintu masuk pameran dengan penggunbtingan untaian bunga yang didampingi Dubes Inda Untuk Indonesia Biren Nanda, ketua Panitia Biennnale sekaligus sebagai curator Alia Swastika yang dilanjutkan peninjauan pameran dari lantai dasar sampai lantai III Gedung JNM Gampingan,Yogyakarta.(Kar)

Humas Ro UHP Provinsi DIY

Bagaimana kualitas berita ini: