27 Jun 2012
  Humas Berita,

Wapres Budiono Buka KNA VII IAI

Wapres Budiono Buka KNA VII IAI

 

Sultan: Akuntan Harus Punya Daya Kritis dan Sensitivitas Hati Terhadap Bentuk Penyimpangan

YOGYAKARTA (27/06/2012) pemda-diy.go.id
Sebanyak 700 Akuntan dari berbagai daerah di Indonesia, selama dua hari ke depan mengikuti Konvensi Nasional Akuntan VII Ikatan Akuntan Indonesia (KNA IAI) bertema Transformasi Good Governance dari Kepatuhan Menjadi Budaya, yang berlangsung di Yogyakarta. KNA IAI di buka oleh Wakil Presiden RI Prof.Dr.H. Budiono, di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Rabu (27/06).

Menurut Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI Prof. Mardiasmo, tujuan utama diselenggarakannya Konvensi Nasional ini adalah untuk membangun komitmen bersama khasusnya dalam peningkatan citra profesi, respon terhadap berbagai perubahan lingkungan, dalam rangka turut serta memikirkan dan menjadi bagian dari solusi untuk menjawab permasalahan bangsa, khususnya dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas menciptakan atmosfir good governance dalam kehidupan perekonomian, pemerintahan dan kemasyarakatan.

Konvensi diikuti 700 Akuntan, kali ini dikemas berbeda dengan konvensi-konvensi sebelumnya. Kali ini akan lebih mengutamakan gagasan aktualisasi pemahaman dan muatan berskala nasional dan kebangsaan daripada teknis keilmuan akuntansi, terang Mardiasmo seraya menambahkan bahwa dalam konvensi juga di-launching Kartu Anggota sebagai identitas anggota IAI sekaligus sebagai tanda komitmen IAI dalam gerakan besar keprofesian membangun good governance dan corporate governance di Indonesia.

Wapres Budiono dalam sambutan pembukaannya mengatakan, dengan diselenggarakannya Konvensi Nasional Akuntan IAI ini, pihaknya bersama para menteri bekerja keras dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi secara lebih sistematis dan lebih terbuka.

Penataan perangkat kepatuhan dari birokrasi kita telah cukup banyak keberhasilannya yang diterapkan pada instansi maupun aparatur negara sesuai dengan peraturan yang berlaku, katanya.

Namun demikian jika bicara mengenai budaya, lanjut Budiono, hal itu masih merupakan sesuatu yang awal sekali, pasalnya budaya tersebut menyangkut manusia, bukan system atau struktur, bukan pula suatu aturan-aturan, kendati pada akhirnya tetap kepada manusia, etika, dan perilaku.

Hal ini persoalan yang sangat dalam dengan perilaku kita, tuturnya.

Wapres Budiono berharap, dalam melakukan transformasi dan kepatuhan tunduk pada peraturan formal dan mengikutinya, harus menghindari pinalti yang formal menuju pada tahap budaya, sekaligus dituntut tunduk pada peraturan yang lebih tinggi.

Untuk mewujudkan integritas aparatur tersebut, setidaknya ada tiga unsur yang menyatu yaitu ucapan, hati dan perilaku, ujarnya.

Sementara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, dengan tema Transformasi Good Governance dari Kepatuhan Menuju Budaya, maka sebagai pilar integritas dalam mewujudkan good governance, kosa kata integritas ini perlu selalu diingat IAI, dengan menjaga harkat dan martabat profesi serta mencegah perilaku menyimpang terhadap Kode Etik Profesi Akuntan.

Bagi sebuah profesi mulia saja kita bersikap permisif terhadap pelanggaran Kode Etik, lalu bagaimana seorang akuntan bisa dipercaya oleh masyarakat ? Konsekuensinya IAI sebagai asosiasi profesi harus mampu menegakkan kode etiknya secara tegas terhadap anggotanya yang menyimpang, tandasnya.

Ditambahkan Sultan, akuntan bukan lagi sekedar jabatan, tetapi lebih sebagai panggilan jiwa. Artinya jika seseorang individu mengalami pendidikan akuntansi, tidak sekedar untuk menjadi akuntan saja, tetapi untuk melatih daya kritis dan sensitivitas hatinya terhadap segala bentuk penyimpangan, betatapun kecilnya yang bisa berpotensi menjadi tindak korupsi.

Oleh karena itu profesi akuntan menuntut sikap ketidakberpihakan, bertindak jujur dan menjaga teguh kepercayaan klien. Pada tiga karakter itulah tandas Sultan, sebagai alat ukur bagi seorang akuntan apakah dalam menjalankan profesinya, memiliki integritas atau tidak. Integritas adalah konsistensi antara hati, ucapan dan tindakan.

Tanpa dimilikinya integritas, seorang akuntan amat rentan untuk melakukan tindakan-tindakan manipulatif, koruptif, kolutif, atau tidak jujur, ujarnya.

Konvensi menghadirkan para nara sumber seperti Anggota III BOPK RI Agung Firman Sampurna, Kepala UKP-PPP Kuntoro Mangkusubroto, Pimpinan KPK Busro Muqoddas, Ketua MK Mahfud MD, DPN IAI dan Ketua II CD Sidharta Utama, Rektor Paramadina Anies Baswedan, Wakil Menteri Pertahanan Sjafri Sjamsoeddin, dari Akademisi Komarudin Hidayat, Sekjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ainum Naim.

Pembukaan Konvensi Nasional Akuntan VII IAI VII ditandai dengan pemukulan bende dan penyerahan Kartu Tanda Anggota Akuntan Profesional kepada 3 perwakilan akuntan. (kar/rsd)

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: