15 Jan 2024
  Humas DIY Berita,

12 Patung Kuda di Milir Jadi Simbol Laju Pembangunan Kulon Progo

Kulon Progo (15/01/2024) jogjaprov.go.id - Rampung dibangun, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau landmark ikon promosi wisata Kulon Progo  di simpang tiga Milir, Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo pada Senin (15/01). Landmark ini selesai dibangun dalam kurun waktu 100 hari, sejak 6 September hingga 14 Desember 2023.

Tidak hanya landmark di pertigaan Milir, Sri Sultan juga meninjau calon lokasi fly over Triharjo, dan rencana pengaspalan jalan menuju objek wisata Pantai Congot, Kulon Progo. Kunjungan Sri Sultan kali ini juga terkait dengan program strategis yang direncanakan DIY untuk Kulon Progo.

Terkait dengan landmark pertigaan Milir, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito menjelaskan landmark ini berupa patung kereta yang terinspirasi dari cerita Kresna Duta. Patung kereta yang ditarik oleh 12 ekor kuda melambangkan 12 kapanewon yang ada di Kulon Progo. Terletak di pertigaan persimpangan dan diapit oleh jalan nasional serta Jalan Kertodiningrat, landmark ini melambangkan bahwa Kulon Progo akan melaju menyongsong matahari dari timur diapit oleh kasultanan dan kadipaten.

"Dari simbol ini kita bisa melihat bahwa Kulon Progo harus berlari kencang mengejar ketertinggalan, sehingga bisa berpacu dan berkompetisi positif dengan daerah lain dalam pembangunan terutama di sektor pariwisata," kata Joko.

Selain landmark pertigaan Milir yang dibangun menggunakan dana keistimewaan sebesar 2 miliar tersebut, ada 4 landmark lainnya yang akan dibangun yaitu landmark depan YIA yakni Sugriwo Subali, kemudian landmark Tugu PKK Simpang Tiga Serut - Pengasih yaitu Nglarak Blarak, landmark perlintasan kereta api Wates berupa Pasar Digital Milenial dan Taman Geoheritage serta Landmark Alun-alun Wates berupa Tari Angguk. Saat ini Kulon Progo memang sedang membangun ikon-ikon yang bersumber dari kearifan lokal.

"Kami berharap setiap tahun bisa mewujudkan satu Landmark sehingga katakanlah 5 tahun ini kita sudah menyelesaikan 5 titik yang sudah kita rencanakan. Beliau (Sri Sultan) memberi arahan bagaimana ini bisa lebih bermanfaat terutama karena ini era digitalisasi jadi harus menyesuaikan," ujar Joko.

Joko berharap, landmark ini bisa menjadi daya tarik dan penguatan ikon untuk menambah aksen potensi jumlah kunjungan wisatawan. "Saya yakin bahwa apa yang kita lakukan mulai dari landmark Milir ini akan membawa dampak yang baik terutama menambah dan mempercantik Kulon Progo," tutur Joko.

Sementara itu terkait dengan infrastruktur jalan yang juga ditinjau Sri Sultan, Pj. Bupati Kulon Progo Ni Made Dwi Panti Indrayanti mengatakan, program strategis yang akan dilaksanakan di Kulon Progo diantaranya adalah pembangunan jalan penghubung exit atau entry tol Wates. Pembangunan tersebut akan memperlancar akses ke RSUD Wates dan akses pengembangan wisata Waduk Sermo dan Geosite Mangan Kliripan.

Exit dan entry tol ini juga berfungsi sebagai jalan entry ringroad sisi barat. Selanjutnya ada pula pengembangan kawasan Aerotropolis Bandara YIA. Kawasan sekitar bandara YIA akan dikembangkan menjadi kawasan Aerotropolis dengan delineasi dalam radius 15 km dari bandara. Nantinya, disana akan menjadi  kawasan pertumbuhan ekonomi cepat.

“Berdasarkan kajian JICA, kawasan Aerotropolis dapat dikembangkan dalam lima program prioritas. Smart tourism, geosite, pembangunan peningkatan koridor jalan Temon - Borobudur, dan lainnya,” kata Ni Made.

Pembangunan atau peningkatan jalan yang juga menjadi penghubung Temon - Borobudur tersebut diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi wisata alam dan sektor ikutanya di kawasan perbukitan Menoreh. Jalan penghubung Temon - Borobudur ini dapat menghubungkan kawasan Aerotropolis dengan kawasan lain. Juga mendukung aksesibilitas rencana ke lokasi asrama haji. Dimana embarkasi tersebut direncanakan ada di Kulon Progo.

Kepala Bidang Bina Marga DPUPKP Kulon Progo Agustinus Nurcahyo Budi Wibowo mengatakan, fly over yang ditinjau oleh Sri Sultan ini adalah embrio untuk membangun rencana Jalan Lingkar Kota Wates yang berada di sebelah barat. Nantinya juga akan menjadi akses sebagai penyambung dari exit tol Wates ke arah jalan nasional. Keberadaan fly over ini nanti akan menghubungkan berbagai fasilitas umum seperti kampus UNY kemudian juga kampus FRC UGM, RSUD Wates dan beberapa potensi aktivitas masyarakat di sekitar.

Nurcahyo mengatakan saat ini dari Kota Wates belum terdapat lalu lintas yang layak untuk angkutan berat. Diketahui akses paling dekat dari timur berada melewati underpass. Adanya fly over, diharapkan dapat dilewati oleh kendaraan angkutan berat tersebut.

"Mengapa kita pilih fly over, karena yang paling ideal. Untuk tahun ini, kita akan menyusun DEDnya dari jalan nasional sampai exit tol Wates. Tahun kemarin kita baru susun studi kelayakannya," ungkap Nurcahyo.

Nurcahyo menjelaskan, panjang fly over dari jalan nasional hingga exit tol ini sekitar 4,5 km. Sebagian sudah ada jalan sehingga memanfaatkan jalan yang sudah ada. Sementara untuk respon masyarakat sendiri menurut Nurcahyo sudah dilakukan sosialisasi dan mendapatkan tanggapan positif.

Kegiatan peninjauan Gubernur DIY di wilayah Kulon Progo kali ini diakhiri dengan peninjauan rencana pengaspalan jalan menuju Pantai Congot. Pengaspalan jalan ini menjadi bagian dari rencana pembangunan ruas jalan Jangkaran-Pantai Congot. Pembangunan ini merupakan kerja sama Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan PT. Angkasa Pura I.

Secara keseluruhan, rencana pembangunan ruas jalan ini juga menjadi bagian dari pengembangan kawasan Pantai Congot, termasuk di dalamnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Congot. Sri Sultan pun meminta agar pengembangan kawasan Pantai Congot secara teknis bisa dilakukan lebih mendalam lagi secara formal. (Han/Uk/Rt/Jhn/Alh/Ts/Ham/Rd)

HUMAS DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: