30 Jul 2024
  Humas DIY Berita,

Keren, Koperasi Gemah Ripah Olah Buah Busuk Jadi Biogas

Sleman (30/07/2024) jogjaprov.go.id – Persoalan sampah masih menjadi momok tersendiri bagi berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali DIY. Volume sampah semakin menumpuk, sementara upaya pengurangan sampah seakan berjalan di tempat. Singkatnya, DIY sedang mengalami darurat sampah. Akibatnya, banyak warga yang kalang kabut mengelola sampahnya. 

Tumpukan sampah muncul di banyak tempat dan sebagian warga nekat membakar sampah menimbulkan polusi udara. Problematika sampah ini sudah seharusnya menjadi kesadaran dan tanggung jawab bersama. Sebagai salah satu penghasil limbah organik, komitmen terkait dukungan dan kemandirian dalam pengelolaan limbah pun telah diupayakan Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah sejak 2011. 

Tak tanggung-tanggung, limbah buah yang dihasilkan Pasar Induk Gemah Ripah setiap harinya dikelola Koperasi  Pasar Induk Gemah Ripah menjadi biogas yang dapat digunakan untuk listrik cadangan operasional pasar dan bahan bakar gas. Menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, University of Boras asal Swedia, lpdp, melalui Waste Refinery Center (WRC), NUTEK, dan Sida, Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah membangun instalasi biogas pengelolaan sampah buah menjadi energi listrik dan bahan bakar memasak.

Ketua Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah H. Mafthuhin menuturkan, dari 4 hingga 6 ton limbah yang dihasilkan setiap harinya, instalasi biogas tersebut dapat mengolah sekitar 1 ton limbah buah, khususnya buah dengan tingkat keasaman rendah seperti semangka, melon, belimbing, mangga, nanas, dan buah naga. Khusus limbah buah jeruk, instalasi biogas hanya dapat mengolah sebanyak 20 persen atau setara 2 kuintal dari 1 ton kuota limbah buah yang tersedia per harinya.

“Pengelolaan limbah buah biogas ini didahului dengan pengembangbiakan bakteri dibantu kotoran sapi. Selama ini kita hanya memasukkan buah-buah yang kadar asamnya ga banyak, seperti melon, semangka, buah naga, belimbing, mangga. Berdasarkan bantuan penelitian dari UGM, kalau jeruk masuk ke situ, bakterinya akan mati dan menghidupkan bakterinya lagi itu susah sekali. Setelah dilakukan uji coba, ternyata maksimal hanya bisa masuk 20 persen limbah buah jeruknya,” jelas Mafthuhin saat ditemui Tim Humas Jogja, Kamis (25/07) di Kantor Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah, Gamping, Sleman.

Mafthuhin mengungkapkan, biogas yang dihasilkan dari pengelolaan limbah buah tersebut digunakan sebagai listrik cadangan yang dialirkan ke sekitar 200 kios dan bahan bakar gas pada 6 warung yang ada. Ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN, dengan bantuan biogas tersebut pun secara otomatis listrik akan menyala.

“Jadi kita hanya memanfaatkan gasnya itu kalau pas PLN mati. Selama ini kalau listrik mati maka memang langsung nyala. Nanti otomatis listrik akan menyala. Kita gensetnya itu sudah bisa langsung otomatis enggak usah pake dibuka, itu bisa langsung nyala. Kalau dulu belum ada, sekarang sudah kita sambung biogas ke kios-kios masing masing, setiap lapak itu ada dua tempat balon yang satunya 20 Watt,” terang Mafthuhin.

Dikatakan Mafthuhin, rencananya tahun ini pun pembaharuan akan dilakukan seperti penambahan watt di seluruh kios dan warung. Adapun selain mencari jalan agar persentase limbah buah jeruk yang dapat diolah instalasi biogas dapat meningkat lebih dari 20%, pihaknya pun merencanakan untuk melakukan budidaya maggot yang utamanya untuk mengolah limbah buah jeruk yang tidak dapat tertampung untuk diolah pada instalasi biogas. 

“Di Pasar Induk Gemah Ripah, 90 persen yang mendominasi itu jeruk. Paling banyak limbahnya jeruk. Dari sekitar 4 ton limbah per hari, paling tidak limbah jeruknya saja itu sudah ada 3 ton, yang 1 ton itu sampah yang lain-lainnya. Kalau bisa 50 persen kan itu bisa dua ton setengah atau bisa tiga ton. Jadi kita membuang sampah ke TPS Minggir hanya sedikit,” ungkapnya.

Mafthuhin menyebut, rencana pengelolaan limbah buah jeruk tersebut terus digencarkan lantaran TPST Minggir diperkirakan hanya dapat menampung limbah sampah dari tempatnya sebanyak satu ton setiap harinya. “Kita tetap masih buang limbah sampah utamanya jeruk. Jadi kalau ada formula yang bisa mengolah limbah jeruk masuk okelah,” pungkasnya.(Han/Fn/Mra/Ip/Jon/Sd/Cbs/Wa/Yci/Ed)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: