09 Mei 2024
  Humas DIY Berita,

Pertahankan dan Lestarikan Kawasan Sumbu Filosofi Melalui DRMP

Yogyakarta (08/05/2024) jogjaprov.go.id - Komite Warisan Dunia UNESCO mengusulkan agar Pemerintah Indonesia melanjutkan penyusunan Disaster Risk Management Plan (DRMP) untuk properti warisan dunia. Penyusunan DRMP dilakukan untuk menjaga dan melindungi warisan dunia Kawasan Sumbu Filosofi dari resiko bencana alam.

"Sebagai masyarakat Yogyakarta dan tentunya juga sebagai insan yang peduli terhadap budaya, kita merasa bangga karena Kawasan Sumbu Filosofi telah diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, pengakuan ini adalah cerminan,  betapa berharganya warisan budaya yang dimiliki,  yang terangkum dalam 144 atribut warisan budaya yang saling terhubung, mulai dari upacara, hingga festival dan kesenian".

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono saat menyampaikan sambutan acara Sosialisasi Penyusunan DRMP untuk Warisan Dunia Kawasan Sumbu Filosofi di Gedhong Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta pada Rabu (08/05).

Diketahui bersama, Warisan Dunia Kawasan Sumbu Filosofi berada di wilayah yang rentan terhadap bencana. "Letaknya di wilayah yang rawan bencana menuntut kita untuk bertindak cepat dan bijaksana," tegasnya.

Beny menyampaikan, BPDB DIY telah menyelesaikan Kajian Mitigasi Bencana Bangunan Cagar Budaya. Sementara BPKSF Disbud DIY telah menyelesaikan Kajian Resiko Bencana di Kawasan Sumbu Filosofi dan menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) pada tahun ini. Pun demikian Direktorat Perlindungan Kebudayaan juga telah mengadakan lokakarya tentang pengurangan resiko bencana  untuk Cagar Budaya.

Beny mengajak dan memastikan, tujuan pertemuan hari ini untuk menegaskan pentingnya penyusunan DRMP yang terintegrasi, berbagi kemajuan dan inisiatif yang telah dicapai. Dan bersama-sama berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan.

"Mari dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, kita nguri-uri kabudayan. Mari kita jadikan Kawasan Sumbu Filosofi ini menjadi tempat yang aman dan tahan terhadap resiko bencana.  Demi masa depan yang lebih cerah bagi generasi yang akan datang," ungkapnya.

Sementara itu, Manggar Sari, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X menyampaikan, kebudayaan sebagai modal utama untuk membangun negara. Kebudayaan sebagi sumber daya untuk menghadapi berbagai tantangan, seperti ekologi, ekonomi dan sosial.

Dikatakan oleh Manggar Sari, Provinsi DIY secara umum, dan kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Komite Warisan Dunia sebagai perwakilan komunitas internasional memberi perhatian khusus pada resiko bencana di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Hal ini tertuang dalam salah satu isi keputusan yang menyertai inskripsi Sumbu Filosofi Yogyakarta, yaitu meminta Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan penyusunan Rencana Pengelolaan Resiko Bencana pada Sumbu Filosofi,  termasuk menyiapkan berbagai pelatihan terkait kesiapsiagaan bencana.

Lebih lanjut Manggar menjelaskan, salah satu upaya pengurangan resiko bencana dilaksanakan melalui penyelenggaraan Cagar Budaya Tangguh Bencana dan disinergikan kedalam perencanaan dan pengelolaan Cagar Budaya pada semua tingkat pemerintahan. Penyelenggaraan Cagar Budaya Tangguh Bencana pada dasarnya dilakukan secara koordinatif antara pemangku kepentingan (Pemerintah, Pemerintah Daerah, perguruan tinggi dan masyarakat).

"Oleh karena itu,  dibutuhkan adanya pedoman umum yang akan menjadi acuan pelaksanaanya," ucapnya. Berdasarkan pedoman tersebut, aparatur penyelenggara pemerintahan diarahkan untuk menerapkan Cagar Budaya yang tanggap menghadapi bencana mulai dari tahap pra-bencana, keadaan darurat maupun pasca-bencana.

Manggar Sari juga menyampaikan, sejak 2006, Pemerintah Provinsi DIY telah memperlihatkan inisiatif untuk memperhatikan pelestarian Cagar Budaya sebagai bagian dalam upaya pengurangan resiko bencana. "Kesadaran ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk mewujudkan Cagar Budaya tangguh bencana di Provinsi DIY," ungkapnya.

Ia menambahkan, dalam hal Rencana Pengelolaan Resiko Bencana pada kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta, pihaknya berharap agar Pedoman Umum Tangguh Bencana dapat dijadikan salah satu rujukan dalam menyusun dan memperkaya dokumen tersebut.

"Semoga Rencana Pengelolaan Resiko Bencana pada kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta yang sedang disusun ini,  kelak akan menjadi acuan bgi semua pemangku kepentingan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya dalam penyelenggaraan Cagar Budaya Tangguh Bencana  sesuai dengan kewenangannya," jelasnya.

Acara kemudian dilanjut dengan panel diskusi dan tanya jawab. Serta dilanjutkan dengan pembacaan kesimpulan Sosialisasi Penyusunan DRMP untuk Warisan Dunia Kawasan Sumbu Filosofi. Dalam hal ini kesimpulan dibacakan oleh Ketua Pelaksana BPDB DIY, Noviar Rahmad dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi dan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat KMT Yudawijaya.

Turut hadir mendampingi Sekda DIY, Kepala Dinas Kebudayaan DIY dan dihadiri oleh Asisten Setda Bidang Perekonomian dan Pembangunan DIY, Inspektur DIY, Paniradya Pati Kaistimewan dan Kepala BAPPEDA DIY. (Ft/Tfk/Dvd)

 

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: