09 Agt 2024
  Humas DIY Berita,

Pesona Batik Pikat Mitra Friends of Yogyakarta

Bantul (09/08/2024) jogjaprov.go.id – Batik menjadi salah satu kekayaan budaya adiluhung Indonesia yang telah dikenal luas hingga dunia internasional. Eksistensi batik bahkan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

Pesona batik pun mampu memikat para peserta program Friends of Yogyakarta 2024 saat belajar membatik di Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul pada Kamis (08/08). Berasal dari 12 negara, sebanyak 20 peserta yang turut serta dalam program Friends of Yogyakarta 2024 ini merupakan perwakilan mitra kerja sama luar negeri DIY, lembaga asing di Indonesia baik yang berbasis di Jakarta maupun Yogyakarta, dan kedutaan besar negara sahabat.

Program perdana inisiasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DIY tersebut bertujuan sebagai wahana pelatihan budaya, memperkenalkan Yogyakarta dengan segala potensinya di bidang budaya, pariwisata, pendidikan, ekonomi kreatif, dan perindustrian. Didukung oleh dana keistimewaan, program yang berisi berbagai rangkaian kegiatan ini juga menjadi upaya untuk saling mengenal lebih dalam, memahami nilai-nilai budaya, serta memperkokoh ikatan persahabatan yang telah terjalin. Pun diharapkan dapat menjadi jembatan untuk membuka peluang kerja sama yang lebih luas di masa depan.

“Jadi batik ini kan bagian dari budaya. Budaya ini kami harapkan menjadi gerbang awal bagi Yogyakarta dan para mitra luar negeri untuk mengembangkan atau membuka potensi kerja sama di bidang-bidang lain. Jadi selama ini memang DIY kekuatannya ada di budaya, pariwisata, dan pendidikan. Dan selama ini itu menjadi bidang-bidang utama kerja sama antara DIY dengan para mitra luar negeri. Harapannya akan lebih berkembang di bidang lain seperti ekonomi kemudian teknologi, dan lain-lain,” tutur Koordinator Bidang Kerja Sama Luar Negeri DPMPTSP DIY, Fathi Mustaqim di sela kegiatan.

Fathi mengungkapkan, para mitra luar negeri DIY tersebut sebenarnya sudah mengenal batik dalam wujud seperti kain dan busana. Melaui kegiatan ini, pihaknya bermaksud untuk memperkenalkan batik lebih dalam, khususnya proses pembuatan batik yang terdiri dari berbagai tahapan seperti desain, tracing, menggambar pola di atas kain menggunakan malam dengan bantuan canting, mewarnai, perebusan kain untuk melunturkan sisa malam, dan pengeringan.

“Jadi kami mengajak para peserta ini untuk experiencing, mengalami proses pembuatan batik yang sudah menjadi warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh UNESCO ini. Mereka sangat antusias, sangat excited karena semua peserta ternyata baru sekali ini mengetahui proses membatik. Di sini mereka mencoba membuat batik, bagaimana cara memegang canting kemudian nanti juga mewarnai hingga proses pengeringannya. Batik yang mereka buat ini pun akan mereka bawa pulang jadi semacam souvenir istimewa yang mereka buat sendiri,” terang Fathi.

Dalam kunjungan tersebut, saat tiba di Kampung Batik Giriloyo sekitar pukul 14.00 WIB, 20 peserta yang berasal 12 negara yakni Kenya, India, Palestina, Tajikistan, Pakistan, Rusia, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Shanghai, Jepang, Australia, dan Jepang, dijamu dengan berbagai kuliner tradisional sembari mendengarkan pemaparan seputar batik. Selanjutnya, para peserta dipersilakan untuk praktik membatik secara berkelompok dengan didampingi langsung oleh perajin batik tulis Giriloyo.

Seluruh peserta program Friends of Yogyakarta 2024 tampak antusias belajar membatik pada kain mori berukuran sekitar 30 x 30 cm selama kurang lebih 1,5 jam. Walaupun awalnya tampak kebingungan, seluruh peserta pun dapat menyelesaikan proses membatik pada kain mori yang telah dipola dengan motif batik tulis bertema alam.

Usai berhasil menggambar seluruh pola motif batik menggunakan malam dengan canting, salah satu peserta bernama Nediva Divya Singam asal Singapura menyampaikan bahwa kegiatan belajar membatik ini menjadi pengalaman yang menyenangkan baginya. Ketika melihat berbagai kerajinan batik yang telah dikreasikan menjadi baju, topi, dan sebagainya, ia tidak bisa membayangkan bahwa pembuatan kerajinan batik tersebut merupakan sesuatu yang mudah.

“Ini pertama kalinya saya membatik. Mungkin awalnya kamu berpikir bahwa membatik ini mudah dan motif polanya hanya bunga. Tapi ketika kamu melakukannya, kamu akan menyadari detail yang ada dari seni ini. Saya mendengar para perajin batik di sini berkata bahwa mereka telah melakukan kegiatan membatik ini selama bertahun-tahun. Mereka sangat berbakat. Sangat indah melihat mereka melakukan kegiatan membatik ini,” jelas Nediva.

Peserta lain bernama Alex Chudleigh asal Victoria, Australia juga turut mengutarakan kesempatan ini merupakan kali pertamanya membatik. Setelah mencoba langsung, menurut Alex, membatik merupakan kegiatan yang sangat sulit. Ia mengaku, menggunakan malam untuk menggambar pola motif batik yang ada di kain bukanlah sesuatu yang mudah. “Ini adalah kali pertama saya membatik. Saya tidak terlalu bisa, tapi saya ingin menjadi lebih pandai. Ini pengalaman yang sangat menyenangkan,” ucap Alex.

Selama ini, Kampung Batik Giriloyo memang telah dikenal sebagai sentra batik tulis Jogja. Ketua Pengelola Desa Wisata Kampung Batik Giriloyo Wukirsari, Nur Ahmadi mengatakan, Kampung Batik Tulis Giriloyo ini berdiri sejak tahun 2007.  “Kami di sini ada 12 kelompok batik kemudian dari 12 kelompok itu kita kumpulkan menjadi satu kelompok besar di tempat ini yang sekarang kita beri nama Koperasi Jasa Kampung Batik Tulis Giriloyo. Itu menaungi 12 kelompok batik, kemudian di bawah koperasi itu ada satu unit usaha yaitu adalah desa wisata. Jadi kita jualan paket belajar membatik,” kata Nur Ahmadi.

Terdapat kurang lebih 600 orang perajin batik tulis di Kalurahan Giriloyo. Para perajin telah melestarikan tradisi batik tulis sejak awal abad ke-17 yang dikenalkan oleh Kerajaan Mataram Islam. “Batik yang kami buat di sini adalah batik-batik tulis klasik warisan dari Mataram yang sampai saat ini masih tetap kami lestarikan di tempat ini. Ini adalah salah satu budaya yang sangat adiluhung. Maka dari itu kami selaku putra-putra dari warga kampung batik Giriloyo melestarikan budaya yang sudah ada sejak lama ini. Sayang kalau tidak dilestarikan,” papar Nur Ahmadi.

Nur Ahmadi pun menyebutkan Giriloyo juga memiliki motif batik khas yaitu motif batik Srigunggu Wiguna. Motif batik ini memiliki corak tumbuh-tumbuhan dari pohon Srigunggu berupa bunga dan daun. Motif ini pun dapat dikreasikan dengan motif lain sesuai dengan kreatifitas para perajin batik.

Lebih lanjut Nur Ahmadi mengaku bahwa paket edukasi belajar membatik ini sangat diminati oleh masyarakat. Tercatat, tahun 2023, total pengunjung di Kampung Batik Giriloyo ini tembus hingga 30.000 wisatawan. Sementara saat ini, rata-rata kunjungan perbulan yakni 4.000-5.000 wisatawan.

Dijelaskan Nur Ahmadi, Kampung Batik Giriloyo menawarkan paket belajar batik tulis untuk para wisatawan setiap hari dari pukul 08.00 - 16.00 WIB. Harga paket edukasi ini pun terjangkau yakni 250 ribu untuk 5 orang. Ketika mengambil paket edukasi ini, wisatawan akan diberikan penjelasan terkait batik dan sejarahnya bersama perajin batik, free  fasilitas alat bahan membatik dengan kain mori ukuran 30 x 30 cm, dan dapat membawa pulang hasil karya batik yang telah dibuat sebagai souvenir. (Han/Jon/Yci/Fn/Sd/Cba/Mra/Ip/Wa/Ed)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: