31 Agt 2024
  Humas DIY Berita,

Sate Klathak, Sajikan Tradisi Dalam Setiap Gigitan

Bantul (31/08/2024) jogjaprov.go.id- Sate khas Yogyakarta yang terkenal gak pakai tusuk sate, itulah Sate Klathak. Kuliner legendaris dan unik yang banyak ditemui di daerah Bantul ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia dari DIY. Sebuah hidangan sederhana, diolah dengan teknik unik sehingga menghadirkan cita rasa tersendiri nan lezat.

Sate Klathak merupakan sate yang terbuat dari daging kambing yang dibakar dengan bumbu berupa garam, merica, bawang, dan diberikan kuah gulai secara terpisah. Berbeda dari sate lainnya, sate klathak ditusuk dengan menggunakan besi atau jeruji dengan potongan daging yang besar. Penggunaan jeruji besi ini menghasilkan daging yang empuk dan lezat.

Visualnya yang unik tersebut dengan cita rasa nikmat, membuat banyak orang rela pergi ke Bantul demi bisa menyantap olahan daging kambing muda tersebut. Semisal di sekitar Jalan Imogiri Timur, menjamur tempat makan sate klathak baik yang sudah legendaris dan populer sampai yang baru buka.

Salah satu tempat makan sate klathak yang populer dan legendaris di Bantul adalah Sate Klathak Pak Bari Pasar Wonokromo. Apalagi setelah dijadikan lokasi syuting film AADC 2, warung sate yang beralamatkan Jl. Imogiri Timur Nomor 5, Wonokromo, Pleret, Bantul ini semakin viral dan terkenal sehingga menjadi incaran wisata kulinernya warga lokal maupun wisatawan.

Pemilik warung sate klathak Pak Bari, Subari yang akrab disapa Pak Bari mengatakan dirinya hanya meneruskan usaha warung sate ayahnya pada tahun 1992 lalu sewaktu masih berumur 15 tahun. Sebelumnya ia berjualan sate di Pasar Wonokromo yang lama dan baru pindah di lokasi tempatnya berjualan saat ini pada Mei 2010 lalu.

"Awalnya memang sudah dikenal warga sekitar lalu merambah ke artis-artis asal DIY yang sering bawa tamu akhirnya jadi booming sejak tahun 2010 hingga saat ini. Saya tidak menyangka bisa terkenal sebelum buka saja sudah banyak yang rela mengantre, padahal saya jualan baru mulai pukul 18.30 sampai habis," tandasnya saat ditemui pada Jumat (12/07) di Warung Sate Klathak Pak Bari.

Perihal asal usul nama sate klathak, versi Pak Bari karena warung tempat berjualan ada dijual di bawah pohon melinjo atau klathak. Pak Bari semasa kecil sering mencari biji melinjo yang tidak pakai kulit yang dalam bahasa Jawa disebut klathak. Nama itu pun dipakai ayahnya untuk berjualan supaya orang penasaran. Sedangkan versi lainnya nama Klathak diambil dari proses pembakaran sate tersebut yang mengeluarkan bunyi 'klatak'.

"Paling tidak bisa menyembelih sendiri dua hingga tiga ekor kambing setiap harinya. Karena dari peternak sekitar kurang, lalu ambil dari Temanggung, Magelang, dan Grabag. Seporsi sate klathak berkisar Rp27 ribuan isi dua tusuk sudah lengkap dengan kuahnya," imbuh Pak Bari.

Tak hanya sekadar menjadi kuliner legendaris, sate klathak sudah ditetapkan sebagai WBTb. Hal ini juga semakin membuat para pedagang sate klathak menjamur. Meskipun banyak warung sate klathak berjejeran, namun semuanya punya pelanggan sendiri-sendiri. "Saya sendiri senang karena sate klathak sudah diakui sebagai WBTb. Semakin dikenal otomatis semakin laris manis jualannya. Sekitar sini banyak yang jualan sate klathak, tetapi saya santai masing-masing punya langganan sendiri jadi aman dan terkendali alias mandali," ungkap Pak Bari.

Nah, tak salah jika sate klatak menjadi kuliner legendaris khas Yogyakarta yang diincar para wisatawan. Dagingnya empuk, makin enak jika disantap hangat-hangat dengan sepiring nasi putih ditemani teh panas. Hanya buka dari sore sampai malam, tapi selalu banyak dicari. Kalau ke Jogja jangan lupa mampir, kapan lagi bisa coba mencicipi salah satu kuliner legendaris yang menjadi warisan budaya tak benda, ada tradisi yang disajikan dalam setiap gigitannya. (Fn/Rcd/Im/Stt/Sd/Han/Yd/Ip/Wp/Ewd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: