06 Mei 2024

Sri Sultan Dorong Program Pendidikan 12 Tahun

Gunungkidul (06/05/29/2024) jogjaprov.go.id - Sejak tahun 2013 Pemerintah Daerah DIY telah memiliki Program Pendidikan 12 tahun (SD, SMP, SMA) dengan harapan masyarakat Jogja tidak hanya sekedar lulus SD dan SMP tapi juga mencapai lulus SMA.

Hal ini disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menyampaikan pidato sambutan pada acara Safari Syawalan 1445H/2024 di Bangsal Taman Budaya Gunungkidul pada Senin (06/05). Safari Syawalan di Kabupaten Gunungkidul merupakan agenda penutup rangkaian Safari Syawalan 1445H/2024 yang dilakukan oleh Gubernur DIY, yang lebih dulu telah dilaksanakan sebelumnya di Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo dan Bantul.

"Program Pendidikan 12 tahun dicanangkan pada tahun 2015, namun Pemda DIY telah menyelenggarakan Program Pendidikan 12 tahun bagi anak-anak warga kurang mampu di tahun 2013, baik yang tidak punya ijazah SD, SMP, maupun SMA," ungkap Sri Sultan.

"Kita dorong lewat Dinas Pendidikan agar mereka kembali ke sekolah. Setiap tahun, saya selalu menandatangani surat orang-orang yang kembali masuk sekolah, khususnya yang SMA," lanjut Sri Sultan. Diterangkan lebih lanjut, Program Pendidikan tersebut diberikan bagi siswa yang mengalami putus sekolah ketika di SD, hanya mengenyam pendidikan di SD beberapa tahun saja tanpa menyelesaikannya di tahun kelulusan. Pemerintah memberikan kesempatan ruang untuk kembali ke sekolah dimanapun, berdasarkan sekolah yang dipilih oleh siswa tersebut.

Hal ini dilakukan, agar siswa putus sekolah tersebut bisa mendapatkan ijazah SD, syukur dapat meneruskan ke SMP dan SMA. Ini menjadi harapan pemerintah, agar masyarakat DIY, khususnya Gunungkidul dapat mengenyam pendidikan 12 tahun. Sri Sultan berharap kepada masyarakat khususnya warga yang punya putra putri belum lulus SMA, atau lulus SD maupun SMP bersedia untuk kembali ke sekolah, tanpa membedakan status gender, laki-laki atau perempuan.

Diungkapkan oleh Sri Sultan, berdasarkan laporan yang sampai kepadanya, hampir di beberapa Kabupaten, warga yang memiliki anak lebih dari satu dengan kakak atau adik perempuan, tidak didaftarkan sekolah. Mereka hanya mendaftarkan sekolah anak laki-lakinya saja. Kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan untuk mengenyam pendidikan masih ada di beberapa kabupaten. Sri Sultan menegaskan, perempuan harus diberi ruang untuk kembali ke sekolah.

"Saya mohon hal seperti itu tidak terjadi lagi, kita jangan membedakan jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan, sesuai dengan tantangan zaman kita harus mencapai pendidikan yang tinggi," tegas Sri Sultan.

Sri Sultan berharap, hal seperti diatas tidak terjadi lagi sehingga ketertinggalan yang ada di Gunungkidul dapat segera teratasi, khususnya berkaitan dengan indeks pembangunan manusia yang belum tercapai.

Adapun besarnya nominal yang ditandatangani oleh Gubernur DIY untuk program pendidikan SMA 4,5 juta per-orang. "Jadi mohon ini bisa di kontribusikan bagi warga masyarakat secara keseluruhan," tutur Sri Sultan.

Indeks pembangunan manusia di Gunungkidul memang masih menjadi salah satu persoalan yang masih diperjuangkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul. Hal ini disampaikan oleh Bupati Gunungkidul, Sunaryanta pada kesempatan yang sama.

"Di Kabupaten Gunungkidul belum signifikan dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia, kami berkali-kali dengan berbagai elemen yang ada di Gunungkidul termasuk rekan-rekan Forkopimda dan semuanya yang ada, memiliki keinginan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia tersebut, namun salah satu hal yang sangat mempengaruhi dan dominan adalah tentang pendidikan," ungkapnya.

"Kami juga belum bisa mendorong karena rata-rata masyarakat Gunungkidul indeks nya masih diangka 7,31 artinya secara akumulasi masyarakat Gunungkidul baru mengadopsi pendidikan kira-kira baru SMP kelas 1," lanjutnya. Ini adalah salah satu hal yang mempengaruhi mengapa indeks pembangunan manusia di Gunungkidul masih berada di angka 72, padahal proyeksi kami selama hampir 3 tahun kami di Gunungkidul sekitar 73," jelasnya.

Namun, lebih lanjut Sunaryanta menyampaikan, dibalik semua persoalan itu ada sesuatu yang membahagiakan salah satunya tentang penanganan stunting. Kabupaten Gunungkidul berhasil menurunkan angka stunting sebesar 1,3℅ di tahun 2023. Dalam rangka menurunkan angka stunting di Gunungkidul, Pemkab Gunungkidul membangun kerjasama/MoU dengan berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Jogja termasuk yang ada di Gunungkidul, yakni Universitas Gunungkidul. MoU dilakukan dalam rangka kerjasama semata-mata membangun kualitas sumber daya manusia. Ia berharap, angka-angka yang telah disebutkan diatas akan terus mengalami perubahan positif sehingga cita-cita Pemkab Gunungkidul, yaitu menjadikan masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur dapat tercapai.

Turut hadir pada acara Safari Syawalan ini, para Asisten Sekda DIY dan Kepala OPD dilingkungan Pemda DIY. (Ft/WA/CBS/Tfk/Ydh)

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: