17 Mei 2024

Transformasi Museum dan Cagar Budaya Sebagai Ruang Belajar Terbuka

Yogyakarta (17/05/2024) jogjaprov.go.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meluncurkan Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) atau Indonesian Heritage Agency (IHA) di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Kamis (16/05) malam. Peluncuran badan layanan umum tersebut menghadirkan transformasi pengelolaan museum dan cagar budaya yang tak sekadar memajang benda-benda bersejarah, tetapi sebagai ruang belajar yang terbuka dan inklusif.

Lembaga tersebut diluncurkan langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Makarim dan dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berserta jajaran Forkopimda DIY. Hadir pula Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Hilman Farid, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Museum dan Cagar Budaya Ahmad Mahendra, Jajaran Dewan Pengawas IHA, seluruh Kepala Unit MCB dan Keluarga Besar IHA di Tanah Air.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim mengatakan kekayaan budaya Indonesia tidak perlu diragukan. Sayangnya kekayaan itu banyak belum terawat dan diakomodasi secara optimal di museum dan cagar budaya sehingga menjadi ruang yang diam dan sepi serta tak menjadi pilihan destinasi wisata yang menarik. Untuk itu, pihaknya mengambil langkah berani mentransformasi pengelolaan agar keduanya menjadi ruang yang hidup dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

"Ini saatnya kita jadikan museum dan cagar budaya sebagai ruang belajar yang terbuka, inklusif dan mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Saya ingin mengajak semua me-reimajinasi atas pelestarian budaya yang diwujudkan dalam pembentukan BLU MCB atau IHA. Lembaga tersebut mengelola 18 museum dan 34 cagar budaya nasional yang tersebar di seluruh Tanah Air," tutur Nadiem.

Menurut Nadiem, hal ini merupakan tantangan yang cukup besar dan bukan hal mudah untuk melakukan re-imajinasi supaya perjalanan IHA akan membuahkan hasil. Transformasi museum dan cagar budaya ini guna menyalakan obor rasa ingin tahu generasi muda terhadap sejarah dan kekayaan budaya. Museum dan cagar budaya harus menjadi ruang publik yang mengedepankan pembelajaran kebudayaan yang inklusif.

" Kata kuncinya menyenangkan supaya bisa menginspirasi generasi muda. Adanya IHA ini, saya yakin Indonesia akan melompat ke masa depan dengan generasi muda beridentitas sebagai Bangsa Indonesia. Memiliki museum dan cagar budaya internasional bukan sekedar mimpi, kita bisa melihat cuplikan masa depan transformasi museum dan cagar budaya kita" ungkapnya.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyatakan eksistensi museum dan cagar budaya dicita-citakan bersama tak berhenti di taraf apresiasi dan lahiriah semata. Namun, dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk membangun budaya yang mampu mengeskalasi kesejahteraan, baik lahir maupun batin bagi masyarakatnya.

"Dengan harapan itulah, saya mengucapkan selamat atas launching IHA sebagai pengemban visi kolaboratif, mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya. Yang akhirnya museum dan cagar budaya benar-benar bisa membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia," paparnya.

Sri Sultan menyampaikan museum dan cagar budaya laksana benteng monumental yang berupaya memelihara warisan kebesaran manusia dan penjaga masa lalu yang agung. Museum dan cagar budaya adalah entitas terdepan suar pengetahuan dan kesaksian hidup dari peradaban yang bermetamorfosis tanpa henti. Di dalam kekayaan ruang-ruang yang dipenuhi koleksi berharga, museum dan cagar budaya mengundang guna menelisik lebih dalam ke dalam jurang misterius eksistensi manusia.

"Museum dan cagar budaya juga menjadi manifestasi persatuan dan identitas, di antara individu dan masyarakat. Berbagai koleksi dan artefak akan dikelola, agat dapat berfungsi sebagai pusat pertukaran budaya, dan memupuk rasa saling pengertian. Selain itu, museum dan cagar budaya sebagai entitas, diharapakan memberikan pengalaman pendidikan yang memperkaya dan berfungsi sebagai buku pelajaran hidup bagi masyarakat dari segala usia," terang Raja Keraton Yogyakarta ini.

Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid menambahkan IHA menjadi platform kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi museum dan cagar budaya. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan swasta, sangat memungkinkan guna menuju pengelolaan museum dan cagar budaya yang lebih baik.

”Museum perlu dilihat sebagai institusi yang mempunyai fungsi pendidikan, sosial, bahkan manfaat ekonominya juga bisa didapat. Pembentukan IHA ingin memberi contoh pengelolaan profesional dengan manajemen keuangan yang lebih fleksibel. Oleh karena itu, kami membuka peluang kerja sama bagi pemda yang ingin mengelola museum dengan skema BLU," imbuhnya.

Plt Kepala IHA, Ahmad Mahendra mengatakan pembentukan IHA merupakan upaya untuk mentransformasi pengelolaan museum dan cagar budaya. Sejumlah museum dan cagar budaya direvitalisasi. Tak hanya merenovasi bangunan, program edukasi dan hiburan juga ditambah untuk meningkatkan pelayanan museum dan cagar budaya.

”BLU ini membuka ruang kolaborasi. Banyak pihak yang bisa berpartisipasi dalam transformasi ini. Melalui BLU, pengelolaan museum dan cagar budaya menjadi lebih fleksibel. Sumber pemasukan dapat langsung digunakan untuk meningkatkan pelayanan tanpa harus disetorkan kepada negara terlebih dahulu," tandasnya.

Dalam peluncuran IHA, ditampilkan atraksi air mancur menari dengan sorotan cahaya beraneka warna. Selain itu, pemetaan video (video mapping) di tembok sisi barat dan pertunjukan drone light show mewarnai langit Museum Benteng Vredeburg. Usai peluncuran IHA, Nadiem bersama Sri Sultan, beberapa pejabat Kemendikbudristek dan sejumlah tamu undangan mengikuti tur Museum Benteng Vredeburg.

Adapun museum dan cagar budaya yang dikelola IHA yaitu Museum Nasional, Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia, Museum Prasejarah Semedo Tegal, dan Museum Prasejarah Sangiran. Ada juga Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Gunung Padang, Situs Leang Timpuseng, dan Benteng Duurstede. Lokasinya tersebar di sejumlah wilayah, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. (Fn/Stt/Yd)

-Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: